Blok-a.com – Kabupaten Sumenep terkenal dengan pulau-pulau kecilnya yang indah termasuk Gili Iyang yang mendapat julukan pulau oksigen. Namun, ternyata selain keindahan alamnya, Sumenep juga menyimpan destinasi sejarah yang menarik ditelusuri.
Kabupaten ini memiliki sejarah yang panjang sebagai pusat Kadipaten Sumenep yang meliputi area Kabupaten Pamekasan dan Sumenep saat ini. Daerah ini juga sempat mengalami beberapa pergantian kekuasaan kerajaan Singasari hingga Mataram, lalu akhirnya jatuh ke tangan Pemerintah kolonial Belanda.
Di Sumenep ada sebuah keraton yang terkenal akan arsitekturnya yang unik. Selain itu, ada sejumlah bangunan bersejarah yang saat ini menjadi destinasi wisata sejarah. Bangunan-bangunan ini juga punya arsitektur unik yang tak akan ditemukan di daerah lain.
Wisata sejarah di Sumenep menjadi salah satu bukti nyata bahwa kejayaan wilayah Sumenep di masa lampau. Berikut 5 destinasi wisata sejarah di Sumenep.
1. Keraton Sumenep

Keraton Sumenep atau Keraton Panembahan Sumolo dibangun pada tahun 1762, pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I atau Tumenggung Arya Nata Kusuma. Arsitektur Keraton Sumenep berkebangsaan Cina yang bernama Louw Phia Ngo, serta memadukan gaya arsitektur Eropa, Islam, Cina, dan Jawa.
Keraton Sumenep adalah tempat kediaman resmi para Adipati/Raja-Raja yang memerintah Sumenep. Keraton ini dibangun pada abad ke 17, tepatnya tahun 1781. Yang menjadi daya tarik wisatawan di Museum Keraton Sumenep, karena di Keraton memiliki lima kompleks bangunan yang terdiri dari empat bangunan keraton dan satu Pemandian Putri Taman Sare.
Untuk koleksi benda-benda sejarah yang ada didalam museum Keraton yaitu Kereta Kebesaran Arya Wiraradja berusia kurang lebih 1.000 tahun, Peninggalan Sultan Abd Rachman, dan masih banyak lagi koleksinya.
Kini wisatawan bisa melihat sejarah Keraton Sumenep di museum Keraton Sumenep yang berada di Jalan Dr. Sutomo No.6, Lingkungan Delama, Pajagalan,Kabupaten Sumenep. Adapun harga tiket masuk Keraton yaitu , wisatawan asing Rp20 ribu, wisatawan Nusantara untuk dewasa Rp10 ribu dan anak-anak Rp6 ribu.
2. Kota Tua Kalianget

Kota Tua Kalianget dulunya merupakan kota yang dibangun oleh VOC dan diteruskan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Kota Tua Kalianget merupakan salah satu kota modern pertama di Pulau Madura. Bangunan-bangunan berarsitektur Eropa membentang di kawasan ini.
Namun sekarang lahan Kota Tua tersebut menjadi hak milik dari PT. Garam (Persero) semenjak tahun 2009. PT Garam bersama dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep kini telah menjalin komunikasi mengenai kemungkinan menjadikan Kota Tua Kalianget sebagai kawasan wisata sejarah.
Sekitaran kota tua ini juga terdapat berbagai bangunan-bangunan kuno berupa rumah dan gudang yang berarsitektur Belanda, dengan corak yang khas. Hingga saat ini bangunan tua tersebut masih terawat.
3. Makam Raja Sumenep Asta Tinggi

Asta Tinggi Sumenep merupakan pemakaman para Raja/Kerabat Raja yang terletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Asta Tinggi memiliki 7 kawasan yang terdiri dari asta induk, Makam Ki Sawunggaling, Makam Patih Mangun, Makam Kanjeng Kai, makam Raden Adipati Pringgoloyo, Makam Raden Tjakra Sudibyo, dan Makam Raden Wongsokoesoemo.
Bentuk arsitektur pemakaman ini juga sangat menarik, dengan banyaknya pengaruh Hindu, Islam, dan Tiongkok yang berkembang pada masa itu. Hal tersebut dapat dilihat dari penataan kompleks makam dan beberapa batu nisan yang cenderung berkembang pada masa awal islam berkembang di tanah Jawa dan Madura.
4. Benteng Kalimo’ok

Benteng Kalimo’ok merupakan satu-satunya bangunan benteng yang ada di Pulau Madura. Posisi benteng ini berada jauh dari Pelabuhan Kalianget dan juga pusat kota. Pada masanya, bangunan ini terbilang megah, dan digunakan sebagai pusat pertahanan utama sekaligus terakhir VOC.
Dari luar benteng terdapat kompleks pemakaman orang-orang yang diidentifikasi sebagai keturunan Belanda. Bangunan Benteng ini mempunyai area persegi dengan empat bastion dengan lebar 5 meter. Benteng Kalimo’ok Sumenep dibangun dari batu bata dengan dua pintu masuk, masing-masing ada di sisi utara dan sisi selatan.
Secara administratif, benteng ini terletak di Desa Kalimo’ok, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Benteng Kalimo’ok disebut-sebut sebagai penanda bahwa kongsi dagang Belanda, VOC, telah berhasil mencengkeram wilayah timur Pulau Madura.
5. Masjid Agung (Jami)

Masjid Agung Sumenep atau juga disebut sebagai Masjid Jami Sumenep, merupakan masjid kebanggan warga Sumenep. Masjid Jami’ terletak di Jalan Trunojoyo nomor 184, Dalem Anyar, Bangselok, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep.
Mengutip dari laman kemendikbud.go.id, menguraikan bahwa Masjid Jamik ini didirikan pada masa pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI atau sekarang disebut Sumenep. Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara.
Masjid Panembahan Somala ini dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep, dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango.
Secara garis besar, arsitektur bangunan masjid Jami’ Sumenep dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura. Salah satunya nampak pada pintu gerbang atau pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok.
Penulis: Anwar Arya W (Mahasiswa Magang UTM)










