Sambut Tahun Politik dengan Pemantapan Wawasan Kebangsaan

Ketua DPRD Kota Malang I Made Diana Kartika menyampaikan materi dalam Pemantapan Wawasan Kebangsaan di Hotel Tugu Malang
Ketua DPRD Kota Malang I Made Diana Kartika menyampaikan materi dalam Pemantapan Wawasan Kebangsaan di Hotel Tugu Malang

Kota Malang, Blok-a.com – Pilihan politik boleh berbeda, namun masyarakat tetap harus mengedepankan persatuan dan tidak mudah terhasut isu yang dapat memecah kerukunan.

Demikian pesan yang disampaikan Ketua DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika dalam sesi Pemantapan Wawasan Kebangsaan Kecamatan Kedungkandang yang digelar di Hotel Tugu Malang, Selasa 21 November 2023. “Kampanye Pilpres akan dimulai 28 November 2023.

Mari kita sama-sama menjaga prosesnya dengan baik,” kata Made di hadapan 120-an peserta dari karang taruna, mahasiswa, remaja masjid, dan aktivis kepemudaan lain. Mereka adalah warga yang berdomisili di Kelurahan Lesanpuro, Bumiayu, dan Kedungkandang.

Ia juga meminta audiens untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi akbar tahun depan. Karena pada momentum itulah pemimpin Indonesia akan dipilih.

“Kenali sosoknya, kinerja, kredibilitasnya. Jangan sampai semua hal yang baik pada calon terlupakan karena tergadaikan lembar biru dan merah yang nilainya tak seberapa,” ucap Made mengingatkan untuk menghindari politik uang.

Selain Made, Kecamatan Kedungkandang juga menghadirkan Kepala Bappeda Kota Malang, Dwi Rahayu, SH, M.Hum, anggota DPRD Kota Malang H. Imron, akademisi Universitas Brawijaya yang juga penggagas Kampung Cempluk Redy Eko Prasetyo, sebagai pembicara.

Camat Kedungkandang Fahmi Fauzan M.Si memberikan sambutan dalam Pemantapan Wawasan Kebangsaan
Camat Kedungkandang Fahmi Fauzan M.Si memberikan sambutan dalam Pemantapan Wawasan Kebangsaan

Camat Kedungkandang Drs. Fahmi Fauzan M.Si mengatakan Pemantapan Wawasan Kebangsaan tersebut mengusung tema Pemahaman Inklusifitas dalam Kemajemukan Masyarakat.

“Ada lima sesi Pemantapan Wawasan Kebangsaan yang kami gelar. Di mana setiap sesi mengusung tema berbeda dan diikuti oleh peserta berbeda dari tiga kelurahan. Acara kali ini adalah yang terakhir,” katanya.

Pemantapan Wawasan Kebangsaan sesi pertama, lanjutnya, mengambil tema “Deteksi Dini Paham Intoleransi dan Radikalisme” yang diadakan pada 2 November 2023 dan diikuti oleh pengurus lembaga kemasyarakatan seperti RT/RW, LPMK, PKK, Pokdarwis, dan Kelompok Tani. Lalu sesi kedua mengusung tema “Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Bingkai NKRI” dengan peserta dari aktivis organisasi kemasyarakatan, keagamaan, dan organisasi perempuan.

Acara ketiga bertemakan “Wawasan Kebangsaan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” dengan peserta dari kalangan pekerja sosial dan aktivis kesejahteraan sosial. Sedangkan agenda keempat, mengusung tema  “Keteladanan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila” yang diikuti oleh staf pengajar dari lembaga pendidikan TK, SD/MI sampai SMP/MTs swasta yang berada di wilayah Kecamatan Kedungkandang.

“Pembicara berbeda-beda sesuai dengan tema,” ujar Fahmi.

Tema Berat, Acara Dikemas dengan Fun  

Camat Fahmi Fauzan menyadari bahwa tema yang diusung dalam Pemantapan Wawasan Kebangsaan cukup berat. Supaya peserta tetap betah mengikuti materi dari awal sampai akhir, ia menghadirkan Direktur Deazha Prima Nusantara Dewi Yuhana sebagai host di lima acara tersebut. “Alhamdulillah acara menjadi hidup dan peserta tidak bosan,” ucapnya.

Dewi Yuhana membawakan acara dengan fun dan penuh interaksi dengan audiens
Dewi Yuhana membawakan acara dengan fun dan penuh interaksi dengan audiens

Dewi Yuhana sendiri selalu menyelipkan trik-trik penyemangat pada setiap pergantian narasumber. Kata kunci yang ia pegang adalah interaksi, sehingga ia terus mengajak peserta untuk ikut berkontribusi membuat acara menjadi lebih hidup. Hana, panggilan akrabnya, menggunakan berbagai metode, mulai dari berpantun ria, melempar pertanyaan interaktif, serta mengungkapkan pernyataan-pernyataan menggunakan bahasa yang relate dengan gaya kekinian.

Seperti tidak kehabisan ide, Hana juga sempat mengajak para peserta untuk meluapkan kegembiraan dengan bernyanyi. Sengaja, ia memilih lagu anak-anak yang diiringi gerak tubuh, untuk mengembalikan semangat peserta mengikuti pemaparan materi dalam kegiatan tersebut.

“Ada juga sesi heboh di mana peserta adu yel-yel antar kelurahan serta ice breaking lain yang disesuaikan dengan audiens,” kata perempuan yang menggeluti dunia public speaking itu.

Trik itu terbukti berdampak pada suasana kegiatan secara keseluruhan. Para peserta terus bersemangat, bahkan berhasil menghidupkan sesi tanya jawab. Di mana banyak audiens yang menyampaikan pertanyaan atau unek-unek yang terjadi di wilayahnya. Menutup event yang diikuti para pemuda itu, Hana menyampaikan pepatah Arab Innal fata man yaqulu haa ana dzaa, wa laisal fata man yaqulu kaana abi.

“Artinya, seorang pemuda adalah yang berani berkata ini aku! Bukan yang mengatakan ini bapakku. Teman-teman harus PD dengan kemampuan diri sendiri dan tidak menggantungkan pada bantuan orang tua. Yuk, sama-sama kita sambut dan jaga pesta demokrasi,” pungkasnya. (gni)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?