Surabaya, blok-a.com – Surabaya juga bisa disebut kota dengan kemacetan tinggi. Meski hanya di jam tertentu, badan jalan tidak mencukupi volume kendaraan. Untuk mengurai kemacetan di Surabaya dan wilayah aglomerasinya yakni Sidoarjo dan Gresik, dapat memakai strategi mass rapid transportation (MRT).
MRT adalah kendaraan umum massal dengan waktu tempuh sangat cepat. Dengan begitu maka untuk mengatasi kemacetan di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik bisa dilakukan.
Untuk ini, Pemerintah Provinsi bakal meniru dan menerapkan teknologi dan strategi dari Jepang.
Terbukti, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menerima kehadiran tim Representative Japan Internasional Coorporation Agency (JICA) Yasui Takehiko di Gedung Negara Grahadi, di Kota Surabaya.
Di sini Tim JICA antara lain; Chief Yasui Takehiko, Consul General Of Japan Takeyama Kenichi dan Deputi GM Railway Plaining Dept Nippon Koei Kusunoki Katsuya, melaporkan hasil survei.
Tim JICA ternyata telah melakukan survei awal tentang pelaksanaan MRT di Kota Surabaya. Yang diperkirakan segera masuk pada tahap Feasibility Studies (FS).
Sementara itu, JICA merupakan badan kerjasama Internasional Jepang untuk mendukung rencana pembangunan MRT tersebut.
Diakui bahwa Mass Rapid Transportation (MRT) sudah jadi kebutuhan untuk menghasilkan transportasi publik yang cepat, aman dan nyaman.
Sekaligus untuk mengurai titik kemacetan di jam-jam padat di wilayah aglomerasi Surabaya yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih signifikan.
Menurut Gubernur Jatim, Khofifah, MRT ini sudah jadi kebutuhan untuk mengurai kepadatan dan kemacetan di daerah Aglomerasi Surabaya Raya antara Surabaya-Sidoarjo, Surabaya-Gresik dan daerah lain terdongkrak pertumbuhan ekonominya.
Proyek MRT adalah proyek yang membutuhkan investasi hingga pendanaan tidak murah. Meskipun ada pembiayaan dengan skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU).
Namun, seluruh perencanaan harus dilakukan maksimal. Agar transportasi publik bisa terintegrasi dan memberikan kenyamanan bagi seluruh masyarakat Jatim.
Untuk mengurai kemacetan di Kota Surabaya membutuhkan integrasi dengan kawasan lain.
Maka MRT ini juga bisa dimulai dari pintu masuk Surabaya sejak di Bundaran Waru – titik pertemuan Kabupaten Sidoarjo, Mojokerto dan Jombang.
Tak hanya itu, di jam-jam tertentu di kawasan Wonokromo hingga Jalan Diponegoro membutuhkan perhatian serius soal kemacetan yang terjadi.
Sementara itu, Chief Representative Japan Internasional Coorporation Agency (JICA) Yasui Takehiko mengatakan, kunjungannya ke Jawa Timur adalah membahas tentang perencanaan MRT di Kota Surabaya untuk FS yang didukung JICA.
Ia mengatakan, terdapat aktivitas yang sedang berjalan pada area yang dinaungi oleh JICA. Seperti MRT Jakarta hingga Smart City yang tersebar di beberapa wilayah dan akan memulai FS MRT di Surabaya.
“Kami butuh dukungan Feasibility Studies untuk bersama sama meneliti, mempelajari alternatif rute mana saja yang menjadi titik urai kemacetan di Surabaya. Semoga FS ini bisa dimulai pada awal tahun depan,” tutupnya.(kim/lio)
Discussion about this post