Kota Malang, blok-a.com – Malang Creative Center (MCC) tidak lagi asing di telinga kita. Gedung bergaya arsitektur modern ini dibangun untuk menaungi 17 subsektor ekonomi kreatif. MCC dibangun di di pemerintahan Wali Kota Malang Sutiaji.
Ekonomi kreatif itu meliputi arsitektur, film, fotografi, kriya, kuliner, seni rupa, desain produk, aplikasi, game, televisi dan radio, fashion, pertunjukan, desain interior, periklanan, penerbitan, DKV, dan musik.
Sejak soft launching pada bulan Desember 2022 lalu, tercatat sekitar 500 kegiatan yang telah digelar di MCC.
MCC juga menjadi wadah event skala besar seperti pameran, workshop, fashion show, lomba yang melibatkan hingga ratusan orang telah digelar dengan sukses.
Beragam aktivitas kelompok-kelompok kecil juga terselenggara di MCC. Banyak rapat, seminar dan workshop diagendakan di MCC.
Pembangunan MCC sendiri telah memakan waktu hingga 420 hari. Pelaksanaannya dimulai kontrak dengan pemenang tender PT Tiara Multi Teknik sejak 27 Mei 2021 lalu. Kemudian, kontrak berakhir pada 20 Juli 2022. Pembangunannya menggunakan anggaran berkelanjutan.
Untuk membangun gedung MCC, pemkot menggelontorkan 97 miliar rupiah. Rinciannya, pada 2021, anggaran pembangunan MCC diambilkan dari APBD tahun anggaran (TA) 2021. Anggaran tersebut senilai 25 miliar rupiah. Kemudian, pada 2022, kembali dianggarkan menggunakan APBD senilai 72 miliar rupiah. Sehingga total kontrak pembangunan gedung mewah itu mencapai Rp 97 miliar rupiah.
Kehadiran MCC telah berkontribusi sangat besar bagi pegiat ekonomi kreatif di 17 subsektor di Kota Malang.
Buktinya sejak adanya MCC, pertumbuhan ekonomi cukup melesat. Dalam satu tahun melesat hingga 2 kali lipat lebih.
“Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi kreatif kita dari yang 4,7 sekarang jadi 10,4 dalam satu tahun,” kata Wali Kota Malang, Sutiaji.
Sutiji juga menjelaskan, MCC ini menjadi rumah bagi pelaku ekonomi kreatif. Dari catatannya ada 102 ribu penerima manfaat sejak Januari 2023 hingga saat ini.
MCC Wadah Pelaku Ekonomi Kreatif Ekspresikan Diri
Salah satu pelaku ekonomi kreatif di Kota Malang yang bekerja sebagai Make Up Artist (MUA) Yulia Maria menggelar acara kelas rias pengantin dibayar sembako di MCC. Kelas perdananya itu digelar hanya di MCC.
Wanita asli Malang itu mengungkapkan dia bersyukur dengan adanya MCC. Dia jadi bisa mengkonsep brand-nya secara kreatif.
Dia secara tidak langsung bisa memperkenalkan hasil kerjanya dengan acara dikonsep amal.
“Ini tuh sebagai tanda bersyukur aku, karena aku sudah dikasih ilmu sama Allah. Maka aku kembalikan lagi pada mereka yang membutuhkan ilmu aku,” ujarnya.
Pada saat itu hanya terbersit di kepalanya mencoba bergiat di MCC. Sebab, tempatnya bersih, bagus dan nyaman.
Sebelumnya dia kesulitan untuk mencari tempat sebagus MCC. Sebenarnya ada, namun harus berbayar mahal.
“Di sini sih enak, tempatnya bagus suasananya nyaman, fasilitas lengkap yaudah ketika dapat izin di sini kita oke,” jelas wanita berhijab ini.
Kelasnya itu diikuti oleh belasan MUA yang berfokus pada rias pengantin. Materinya pun lengkap sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan pada MUA perintis. Secara tidak langsung, MCC juga telah menjadi wadah bagi para MUA perintis ini untuk berkembang. Para MUA itu mulai berjejaring satu sama lain. Ya, berjejaring sangatlah penting untuk eksis di dunia ekonomi kreatif.
Kedepannya, lanjut Yulia, ingin menggelar acara serupa lagi. Ada banyak materi yang ingin ia bagikan kepada para MUA di Malang. Tentu saja, MCC jadi pilihan utama baginya untuk menggelar acara tersebut.
Rintis Usaha jadi Lebih Mudah
Di sisi lain, seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang Alya Latifa, juga tengah merintis. Langkah pertamanya itu diambil di MCC. Dengan keterampilan tangannya, dia membuat aneka manik-manik. Karena di MCC banyak acara seminar yang memberikannya banyak pengetahuan soal ekonomi kreatif. Alya juga kerap membuka stand untuk menjual hasil karya manik-maniknya.
“Sebenernya ini awalnya tugas skripsi, aku teruskan aja kan sayang soalnya kalau berhenti gitu aja,” bebernya.
Salah satu alasannya yang lain adalah dia ingin beranjak hidup mandiri. Gadis 21 tahun itu sudah enggan meminta uang sangu pada kedua orang tua. Tekadnya itu kemudian membuatnya serius ingin menjadi wirausaha dari seni kriya.
Dari hasil jerih payahnya itu, produk manik-maniknya makin dikenal. Dengan terlibat berbagai lingkungan kreatif di MCC, akhirnya Alya banyak mempelajari bagaimana cara berkembang dengan kreativitas.
“Ini tadi aja aku ikut seminar UMKM gitu terus diajari cara memulai usaha, jadi aku mau serius aja sama apa yang aku kerjain sekarang,” ungkapnya. (mg2/bob)