blok-a.com – Kesenian Ludruk sebagai karya seni khas Jawa Timur, semakin bertambah tahun peminatnya mengalami penurunan animo. Hal tersebut memunculkan rasa prihatin di hati Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Pada perhelatan East Java Tourism Award 2022 yang dihelat di salah satu hotel mewah di Kota Batu, Sabtu malam 10 Desember 2022 kemarin, Khofifah mengutarakan keprihatinan dirinya untuk kesenian Ludruk.
Khofifah mengaku masih mencari format untuk kembali membumikan Ludruk di tanah Jawa Timur, sebagai embrio kesenian yang digagas oleh Cak Durasim, seniman penggagas Ludruk di era penjajahan.
Sekadar diketahui, kesenian Ludruk merupakan pertunjukan atau teater tradisional khas asal Jawa Timur. Cerita yang diangkat biasanya tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Hingga saat ini, Kesenian Ludruk bisa bertahan dengan disampaikan melalui bahasa komunikatif yang disertai lawakan menghibur.
Bahkan di Surabaya, Khofifah mengaku kesulitan meracik format agar Ludruk kembali digandrungi masyarakat, seperti kesenian Wayang Kulit yang masih dicari orang.
“Menurut saya, wayang dimanapun Itu dicari. Saya pernah bikin wayangan di Joyoboyo itu ditonton oleh 10.000 penonton lebih. Saya pernah bikin wayangan di daerah Paciran, Lamongan, sekira 20.000 orang yang melihat,” tuturnya mengisahkan.
Dengan pengalaman dirinya, Khofifah melihat animo masyarakat yang hadir di wayangan luar biasa, tapi untuk Ludruk tokoh perempuan itu belum menemukan formatnya.
Rasa penasaran Khofifah tentang perbandingan popularitas Wayang dan Ludruk yang begitu timpang penggemarnya, hingga Khofifah menyempatkan meminta saran kepada dua dalang muda pegiat seni Wayang.
Dua dalang muda itu adalah Andi Bayu Sasongko asal Kabupaten Malang, dan Anugerah Hamdani asal Surabaya. Dari kedua orang tersebut, Khofifah mendapat masukan bahwa ada potensi untuk membuat pagelaran budaya yang menggabungkan kesenian Ludruk dengan wayangan.
“Tadi saya senang yang dari Surabaya, bagaimana itu dikawinkan antara Ludruk Surabaya dengan pewayangan, ini kan saya tidak paham karena pasti masing-masing itu ada patronnya, ternyata menurut mereka kalau itu bisa dijadikan salah satu inovasi bagaimana membangun penguatan antara pewayangan dan Ludruk,” katanya.
Khofifah berharap, animo masyarakat harus terus didorong untuk melestarikan kesenian Ludruk. Dia juga berharap bahwa hal itu bisa dilakukan dengan membuat pagelaran budaya yang dapat menarik perhatian banyak orang untuk menonton. Hal itu juga untuk mendukung pengembangan wisata budaya di Jawa Timur.
“Animo masyarakat harus didorong, mungkin dengan misalnya kalau tadi ada lighting, dengan berbagai perform yang bisa memberikan bagi orang untuk hadir dan menikmati. Ludruk itu indah sekali menurut saya, ini satu hal yang dimiliki Jawa Timur, wayang dan ludruk diuri-uri oleh mereka dan terutama kalangan muda,” katanya.
Sementara itu, dalang muda asal Surabaya, Anugerah Hamdani mengatakan, bahwa sangat dimungkinkan untuk mengkolaborasikan antara kesenian Ludruk dengan wayangan.
“Kolaborasi Kesenian Wayang dan Ludruk bisa di aplikasikan saat jula-juli, dan di wayangan mungkin bisa ditempatkan di goro-goro atau pada saat kreasi dalam pembentukannya itu.
Motivasi dari Khofifah, dikatakan Hamdani, bisa dikembangkan di teman-teman Surabaya khususnya, ketika ada wayangan khas Surabaya.
“Harapan beliau (Khofifah Indar Parawansa, red) bisa dijadikan inovasi atau motivasi untuk teman-teman Surabaya untuk membuat wayangan dan ada ludruk-annya,” tegas dia.
Menengok lebih jauh tentang kesenian Ludruk, pertunjukan ludruk akan diiringi oleh pemain musik dan penyanyi. Sering kali para pemain akan berinteraksi dengan kelompok musik ini.
Seperti halnya ketoprak dari Jawa Tengah, ludruk dari Jawa Timur juga merupakan pertunjukan yang menghibur.
Tidak hanya bahasa verbal, guyonan dalam ludruk pun disampaikan melalui gerak, sehingga bisa dimengerti oleh masyarakat luas. Tidak hanya pandai melucu, pemain ludruk pun harus memiliki kemampuan menyanyi dan menari.
Dalam pertunjukan ludruk biasanya terdapat unsur tari remo, dagelan, selingan, dan cerita (lakon).
Materi dari tarian remo, dagelan, selingan, dan cerita bervariasi dari satu pertunjukan ke pertunjukan lain, serta isi dan elemen-elemen lain bervariasi secara hampir bebas dari isi dari elemen-elemen lain.
Tak ada pakem yang pasti terhadap pertunjukan ludruk, seperti jumlah pemain dan jumlah babak. Para pemain ludruk dituntut berimprovisasi dan mengembangkan jalan cerita yang sudah dibuat terlebih dahulu.
Ludruk mulai dikenal pada abad ke-12. Saat itu namanya Ludruk Bandhan. Ludruk Bandhan biasanya tampil di tanah lapang. Alat musik pengiringnya antara lain kendang dan jidor. Kini berkembang dengan iringan musik gamelan lengkap. (doi/bob)