Malang, Blok-a.com – Saat ini, media sosial telah menjadi platform utama yang mudah digunakan untuk berkomunikasi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri bagi siapapun, terutama para content creator. Namun, kemudahan ini juga membuka ruang bagi hate comments atau komentar negatif.
Secara hukum, komentar negatif yang mengandung unsur penghinaan, fitnah, atau ujaran kebencian dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Di Indonesia, hal ini diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Pasal 27 ayat (3) UU ITE melarang tindakan penghinaan atau pencemaran nama baik melalui media elektronik. Pelanggaran ini dapat dikenakan hukuman pidana hingga 4 tahun penjara atau denda maksimal Rp750 juta.
Dengan landasan hukum ini, penting bagi setiap pengguna media sosial untuk lebih berhati-hati dalam memberikan komentar, karena setiap kata yang diunggah ke dunia maya memiliki konsekuensi.
Sebagai seorang content creator, menghadapi kritik dan komentar negatif adalah bagian yang tidak bisa dihindari dan harus dihadapi dengan bijak. Para content creator memiliki cara tersendiri dalam menanggapi komentar negatif.
Raja Salman, seorang content creator komedi, menganggap bahwa hate comments sebetulnya tidak berguna dan akan buang-buang waktu saja jika ditanggapi. Dengan mendiamkan, ia merasa bisa mengalihkan energi ke hal yang lebih produktif.
“Sering ada yang berkomentar negatif di konten saya, tapi saya lebih memilih tidak menghiraukannya karena menurut saya, lebih banyak yang suka daripada yang tidak suka, jadi saya bisa lebih fokus ke yang suka saja,” ujarnya.
Berbeda dengan Yonanda Galuh Puspitasari yang kerap disebut Jona, seorang content creator asli Malang, yang menanggapi berbagai komentar negatif dengan fakta dan data.
“Pernah ada komentar yang nyelekit dan body shamming, saya coba tanggapi dengan fakta dan data,” katanya.
Jona bahkan tak segan menyelidiki akun-akun yang kerap memberikan komentar negatif. Tujuannya untuk mengedukasi mereka agar lebih bijak bersosial media.
“Saya cari sampai ketemu siapa orangnya, dan ternyata rata-rata masih dibawah umur, saya minta tanggung jawab dari pihak sekolah atau gurunya jika orang tua anak tersebut tidak memungkinkan,” ungkapnya.
Kedua cara yang dipakai Raja Salman dan Jona membuktikan bahwa sikap tenang dan tegas adalah cara paling ampuh untuk menghadapi hate comments. Daripada menanggapi komentar negatif, lebih baik fokus untuk membuat konten sebaik mungkin, agar memberi dampak positif di media sosial.
Penulis: Nastiti Mutiara Lutfiah (Mahasiswa Magang UTM).