Rahasia Kualitas Keramik di Kampung Keramik Dinoyo, Ini Proses Pembuatannya

Rahasia Kualitas Keramik di Kampung Keramik Dinoyo, Ini Proses Pembuatannya
Ketua Pokdarwis Kampung Wisata Keramik Dinoyo, Samsul Arifin (64) saat menunjukkan hasil keramik (blok-a/Bob Bimantara Leander)

Kota Malang, blok-a.com – Bisnis keramik di Kampung Wisata Keramik Dinoyo Kota Malang mulai bergeliat. Pesanan mulai berdatangan. Ada yang dari Pulau Jawa hingga Bali.

Ketua Pokdarwis Kampung Wisata Keramik Dinoyo, Samsul Arifin (64) membenarkan. Semenjak Covid-19 berlalu, pesanan keramik mulai berdatangan dari kampung yang berada di Kecamatan Lowokwaru ini.

“Memang Pandemi Covid-19 itu berpengaruh. Tapi setelah itu pemulihan, konsumen maupun wisatawan sudah berdatangan lagi,” jelasnya.

Di kampung keramik ini pembeli bisa memesan hasil olahan keramik seperti vas bunga, pot bunga, hingga peralatan makan ada juga di sini.

“Kalau orientasi produksi kami di sini itu keramik hias seperti souvenir, vas bunga, pot bunga, dan benda-benda untuk kebutuhan interior lainnya. Kalau untuk peralatan makan dari keramik itu industri besar,” tuturnya.

Samsul menjelaskan, untuk membuat olahan keramik ada beberapa tahapan. Tahapannya pun tidak instant dan hasil tangan warga Kampung Wisata Keramik Dinoyo sendiri secara langsung.

Awalnya pengerajin keramik di sini membuat desain hingga membentuknya menjadi cetakan.

“Setelah itu dilanjutkan dengan membuat pengolahan bahan utama, yakni tanah liat, dan beberapa bahan lain dicampur, diberi air, dan diaduk. Setelah itu disaring dan dipastikan sudah berbentuk cair dan halus,” tuturnya.

Setelah bahan utama keramik itu sudah halus, barulah cetakan dibentuk. Kemudian bahannya dilepas dari cetakan dan dijemur untuk proses pengeringan.

“Setelah itu barulah proses penyempurnaan didekorasi, diwarna, diberi lapisan glasir dan dibakar,” kata dia.

Untuk membuat satu keramik, dia menjelaskan, pengerajin butuh waktu tiga hari kurang lebih. Waktu yang relatif lama itu dikarenakan proses pembakaran yang membutuhkan waktu 10 jam.

“Waktu yang lama itu diakhir untuk pembakaran. Itu memerlukan waktu sekitar 10 jam,” ujarnya.

Setelah jadi, hasil olahan keramik ini pun siap untuk dijual atau dipajang agar para pembeli bisa melihat langsung.

Biasanya pengerajin Kampung Wisata Keramik Dinoyo menggunakan rumahnya sendiri untuk berjualan.

“Sejak dulu memang begitu. Kampung ini sudah terkenal sejak tahun 90-an,” tutupnya. (bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?