Kota Malang, blok-A.com — Sore hari tiba disambut gerimis. Klakson motor bersahutan di Perempatan Tong Merjosari, Kota Malang. Saatnya sang ‘Polisi Cepek’ beraksi menertibkan lalu lintas.
Adalah Yunarto (42), bapak 3 anak yang merantau dari Pulau Kalimantan untuk mengadu nasib di Kota Malang. Kuli bangunan pekerjaan utamanya, namun nuraninya juga tergerak untuk menjadi pengatur lalu lintas di salah satu titik paling rawan macet saat jam pulang kantor tiba.
“Saya di sini sudah sejak 1994,” kata Yunarto pada blok-A.com di sela-sela ‘dinasnya’, Jumat (2/12).
Dalam menjalankan tugasnya, Yunarto tidak sendiri. Ada satu tim yang terdiri dari 5 orang. Mereka berbagi shift 2 kali, yaitu pukul 6 pagi hingga pukul 2 siang. Kemudian dilanjutkan pukul 2 siang hingga malam. Tergantung tingkat keramaian jalan.
Yunarto bercerita, para anggota polisi cepek Perempatan Tong Merjosari adalah warga setempat yang berinisiatif membantu pengguna jalan agar tidak terjadi kecelakaan.
Keruwetan di perempatan Tong Merjosari sudah jadi makanan sehari-hari bagi Yunarto dan kawan-kawan.
“Di sini kan ada kantor kelurahan sama SD juga, jadi kalau pagi jam berangkat kantor sama pulang sekolah pasti macet,” tuturnya.
Upah sebagai polisi cepek, kata Yunarto, tak menentu. Paling banyak dalam sehari ia bisa mendapatkan Rp200 ribu. Jumlah tersebut ia raup ketika musim wisuda dari kampus UIN Malang, Universitas Brawijaya (UB), dan Universitas Negeri Malang (UM).
“Nggak tentu kalau penghasilan, tapi paling banyak Rp200 ribu. Itu pas wisuda ramenya,” ujar Yunarto.
Tak jarang Yunarto juga hanya mendapatkan Rp20 ribu selama shiftnya berlangsung.
“Saya sempet dapet Rp20 ribu aja dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang,” tuturnya.
Hingga kini, terhitung puluhan tahun sudah Yunarto mengabdikan diri sebagai polisi cepek perempatan Merjosari. Menjaga titik rawan persimpangan jalanan agar tak sampai jatuh korban.(mg1/lio)