Kabupaten Malang, Blok-a.com – Infeksi saluran pernapasan akut (Ispa) merupakan penyakit yang menyerang bagian pernapasan. Penyakit ini banyak menyerang bayi hingga balita dengan rentan usia 0 hingga 5 tahun.
Sub Koordinator Substansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Chairiyah mengatakan, dalam dua tahun terakhir kasus ispa mengalami peningkatan di Kabupaten Malang.
Di tahun 2023 hingga Agustus, ispa di Kabupaten Malang mencapai 108.830 kasus, sedangkan di tahun 2022 mencapai 173.470 kasus.
Dalam dua tahun terakhir, terbukti ada peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, di tahun 2021 terdapat 131.746 kasus.
Data tersebut didapat dari adanya databhasil pemeriksaan yang dilakukan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Malang.
Untuk menekan kenaikan kasus, Chairiyah menyebut, masyarakat perlu mengenali tanda-tanda maupun gejala ispa itu sendiri.
“Kita perlu waspada dengan gejala ispa, bisa dilihat dari adanya batuk disertai demam, diikut dengan napas cepat dan sesak napas,” ujarnya kepada Blok-a.com, Rabu (20/9/2023).
Sesuai dengan data, laporan dari Dinkes Kabupaten Malang terdapat dua jenis ispa itu sendiri, yakni Pneumonia dan Non Pneumonia.
Ispa non pneumonia umumnya dikenal masyarakat dengan istilah batuk-pilek. Apabila batuk pilek disertai dengan gejala lain, seperti susah bernapas dan peningkatan frekuensi napas, maka termasuk Ispa pneumonia.
“Pneumonia kita bagi lagi menjadi dua, ada pneumonia balita dan dewasa. Nah perlu diwaspadai, yang sering menyebabkan kematian adalah pneumonia pada balita,” ujarnya.
Untuk itu, perlu diwaspadai dan melakukan pencegahan untuk penyakit menular satu ini. Chairiyah menambahkan, untuk mencegah ispa sendiri bisa dimulai dengan berperilaku hidup sehat serta menjaga imunitas tubuh.
Selain itu, faktor resiko juga perlu di hindari. Seperti menjauhi asap rokok, terutama untuk balita yang dirasa rentan terpapar ispa.
“Terkait dengan lingkungan uapayakan lingkungan memiliki udara yang bersih, biasakan membuka jendela setiap pagi agar udara berganti. Tentunya dengan luas rumah yang cukup, hindari polusi udara,” urainya.
Tak hanya itu, perlu diperhatikan juga untuk gizi seimbangnya, contohnya dengan mengonsumsi asi eksklusif selama minimal 6 bulan dan melengkapi imunisasi kekebalan tubuhnya.
“Intinya adalah meningkatkan daya tahan tubuh, agar mikobiologi organisame yang menjadi penyebab dari ispa tidak menyerang,” pungkasnya. (ptu/bob)