Kabupaten Malang, blok-a.com – Sekelompok pemuda di Kabupaten Malang mengenang kembali semangat sejarah Rengasdengklok pada hari Kemerdekaan Indonesia ke-78.
Kelompok yang tergabung dalam gerakan Muda Inklusif (Masif) menggunakan peristiwa Rengasdengklok untuk menjadi refleksi di umur Indonesia ke-78 di Dau Malang.
Gerakan Masif yang terdiri dari muda-mudi itu ingin semangat di peristiwa Rengasdengklok digelorakan kembali.
Wakil Koordinator Nasional Masif Baikuni Alshafa memimpin langsung refleksi kemerdekaan Indonesia ke-78 di Kecamatan Dau Kabupaten Malang, Rabu (16/8/2023) dini hari tadi.
Alsha menjelaskan, semangat Rengasdenglok perlu digelorakan kembali karena menjadi penyemangat pemuda dalam berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.
Dia menjelaskan, saat peristiwa Rengasdenglok pemuda kala itu tidak hanya duduk diam saat detik-detik proklamasi.
Para pemuda kala itu merebut dan berperan dengan menculik sang Proklamator. Tujuannya untuk mendesak bangsa Indonesia segera merdeka.
“Generasi muda memang harus berani mengambil peran. Kalau perlu merebutnya,” kata dia.
Alsha penuh semangat menceritakan peristiwa Rengasdengklok itu ke anggota Masif di Dau dini hari tadi.
Sementara itu Koordinator Wilayah Masif Jatim, Wilda Kumala Sari menjelaskan pentingnya pemuda untuk mengambil peran untuk kemajuan Indonesia.
Wilda melanjutkan, tiga poin penting untuk merefleksikan peristiwa Rengasdengklok untuk kemajuan Indonesia saat ini.
Pertama, pesan kepada pemerintah saat ini untuk lebih fokus menyelesaikan pengentasan problem kemiskinan, lingkungan hidup, dan kualitas demokrasi.
”Pesan kami yang kedua agar kontestan Pemilu 2024, baik itu partai politik atau capres dan cawapres agar mengedepankan politik nilai. Hindari politik uang. Penting juga kiranya untuk meminimalisir perpecahan karena politik identitas,” kata Wilda.
Ketiga, mahasiswa pasca sarjana UGM itu juga menyampaikan pesan untuk penyelenggara Pemilu 2024.
”Jaga agar pemilu damai. Itu dimulai dengan netralitas penyelenggara. Mereka perlu juga menjaga demokrasi yang berkeadaban,” terang Wilda.
Sementara itu, koordinator nasional Masif Abdul Musawir Yahya, menambahkan bahwa mulanya refleksi direncanakan berlangsung di lima kota.
”Tapi pada malam hari kemarin, beberapa anak muda di Denpasar dan Bengkulu menyatakan keinginan bergabung dalam gerakan ini. Semua didasarkan spirit yang sama, Rengasdengklok,” kata Abdul.
Anak muda, menurut Abdul, memang harus berani mengambil peran.
“Saat ini perjuangannya adalah mengisi kemerdekaan. Apabila golongan tua dianggap gagal atau belum sukses, maka saatnya memberikan ruang lebih kepada generasi muda,” terangnya.
Secara serentak, tepat pukul 00.00 WIB untuk Jakarta, Malang, Yogyakarta, Bengkulu, dan Padang, acara refleksi dimulai. Di Banjarmasin dan Denpasar mengawali acara lebih dulu pada pukul 00.00 Wita dengan pesan yang sama, ini momentumnya anak muda. (bob)