Banyuwangi, blok-a.com – Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, memiliki tradisi turun-temurun bernama Resik Lawon.
Tradisi ini merupakan ritual tahunan yang melibatkan pembersihan kain mori atau kain kafan yang digunakan sebagai penutup petilasan Ki Wongso Karyo, tokoh yang dihormati masyarakat setempat.
Prosesi Resik Lawon diawali dengan pembersihan area petilasan dari debu dan kotoran. Setelah itu, kain penutup cungkup makam serta kelambu di sekitarnya dilepas dan dicuci di Dam Krambatan, Banyu Gulung.
Kain sepanjang 110,75 meter tersebut kemudian dibilas menggunakan air yang telah diberi taburan bunga tujuh rupa di Balai Tajuk Lingkungan Cungking.
Puncak ritual ini adalah penjemuran kain lawon di sepanjang jalan lingkungan Cungking. Selama proses penjemuran, kain putih tersebut tidak boleh jatuh atau menyentuh tanah, karena diyakini dapat membawa dampak tertentu bagi masyarakat.
Juru pelihara petilasan Buyut Cungking, Jam’i, menjelaskan bahwa tradisi ini bukan sekadar membersihkan kain, tetapi juga simbol pembersihan diri menjelang Ramadan.
“Selain itu, Resik Lawon juga merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun,” jelas Jam’i, Kamis (13/2/2025).
Tradisi ini diikuti oleh keturunan Ki Wongso Karyo serta warga sekitar, mulai dari laki-laki, perempuan, tua, hingga muda.
“Mereka percaya bahwa dengan mengikuti tradisi ini, akan mendapatkan keberkahan dalam hidup,” tambahnya.
Resik Lawon menjadi salah satu tradisi unik yang masih bertahan di Banyuwangi. Selain bernilai sakral, ritual ini juga menjadi daya tarik wisata budaya bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam akan kekayaan budaya lokal.(kur/lio)