Kota Malang, blok-a.com – Tren kopi keliling semakin menjamur di berbagai kota, termasuk di kawasan urban seperti Kota Malang. Dengan konsep yang sederhana namun kreatif, pedagang kopi keliling berhasil menarik perhatian berbagai kalangan pembeli, dari pekerja kantoran hingga mahasiswa.
Dengan bermodal sepeda elektrik atau gerobak sederhana, mereka membawa gaya baru dalam proses jualan. Fenomena ini sudah terlihat banyak di Kota Malang. Mulai dari tempat-tempat, seperti Alun-Alun Kota, taman, lingkungan sekitar kampus bahkan saat kegiatan Car Free Day (CFD).
Banyak pembeli memiliki alasan tersendiri mengapa mereka lebih memilih kopi keliling dibandingkan dengan kafe atau warung kopi biasa.
Keunggulan kopi keliling terletak pada suasana unik yang ditawarkan. Pembeli menyebutkan bahwa suasana menikmati kopi di pinggir jalan memberikan kesan santai, berbeda dengan suasana formal di kafe.
“Menurut saya, kopi keliling itu praktis dan hemat. Rasanya enak, dan ada suasananya, karena bisa sambil nongkrong di pinggir jalan. Sensasi minumnya tuh kayak mahal, tapi sebenarnya murah. Kekurangan kopi keliling itu sangat minim, jadi menurut saya tetap worth it to buy,” ujar Didit, pembeli kopi keliling di kawasan Jl Veteran kepada blok-a.com, Senin (16/12/2024).
Selain itu, fleksibilitas pedagang kopi keliling yang mudah ditemukan di berbagai lokasi menjadi daya tarik tersendiri.
“Saya biasanya beli kopi keliling kalau kebetulan lewat dan sedang ingin mencoba karena lagi penat. Rasanya worth it, nggak kalah dengan kafe-kafe. Kopi keliling juga fleksibel, bisa ada di mana saja, dan kemasannya simpel, nggak ribet,”ungkap pembeli lain, Syafnat.
Dengan harga yang ramah di kantong, kopi keliling juga menjadi pilihan banyak orang yang ingin menikmati kopi berkualitas tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Kemasan praktis yang digunakan oleh pedagang juga memudahkan pembeli untuk menikmati kopi di mana saja. Seperti yang dikatakan pembeli kopi keliling di Jl Veteran, Rafly.
“Harga kopi keliling itu sangat terjangkau, dan rasanya sebanding dengan yang dijual di kafe. Penyajiannya juga cepat, nggak perlu nunggu lama. Ini yang bikin saya sering beli kopi keliling,” kata Rafly.
Meski begitu, ada beberapa tantangan yang dihadapi pedagang kopi keliling. Salah satunya adalah keterbatasan lokasi. Sehingga membuat pembeli sulit untuk menemukan mereka secara konsisten. Hal ini sering kali menjadi keluhan bagi pembeli yang ingin menjadikan kopi keliling sebagai langganan.
“Saya suka beli kopi keliling karena merasa ikut membantu pedagang kecil. Selain itu, saya ingin suasana baru, seperti nongkrong di pinggir jalan. Rasanya juga nggak kalah sama kafe-kafe, dan mereka pakai kemasan praktis. Kekurangannya, kadang agak sulit untuk dibuat langganan karena pedagangnya sering berpindah-pindah tempat,” ucap Desi.
Penulis: Nastiti Mutiara Lutfiah (Mahasiswa Magang UTM)