Blok-a.com – Gelombang PHK massal masih menghantui perekonomian nasional. Berdasarkan pantauan di laman Satu Data Kemnaker RI, jumlah tenaga kerja ter-PHK nyaris mencapai 70 ribu orang. Angka itu terhitung sejak bulan Januari hingga Mei tahun 2024.
Sektor industri tekstil menjadi penyumbang angka PHK tertinggi, dengan jumlah 13 ribu lebih. Bahkan, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menemukan jumlah 15 ribu pekerja menganggur akibat PHK di Jawa Tengah.
10 Provinsi Penyumbang PHK Massal Tertinggi di Indonesia
Provinsi Jawa Tengah bukan satu-satunya wilayah yang mengalami fenomena PHK massal. Pun dengan beberapa provinsi lain di seluruh Indonesia. Berikut Blok-a.com merangkum daftar 10 provinsi penyumbang angka PHK massal terbanyak, berdasarkan Satu Data Kemnaker yang diakses pada Jumat (9/8/2024).
- DKI Jakarta: 19.257
- Jawa Tengah: 16.091
- Banten: 11.878
- Jawa Barat: 9.733
- Riau: 2.259
- Sulawesi Tengah: 1.647
- Sumatera Utara: 1.551
- Bangka Belitung: 1.508
- Jawa Timur: 1.250
- Kalimantan Barat: 785
Data tersebut merupakan hasil laporan pada periode Januari – Mei 2024. Jadi, kemungkinan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Ini mengingat adanya kemungkinan perusahaan yang tidak melaporkan kebijakan PHK yang telah dilakukan.
Tidak Cuma di Indonesia
Nyatanya, PHK massal tidak cuma terjadi di Indonesia. Fenomena yang sama dialami perusahaan di berbagai penjuru dunia. Bahkan, menerpa nama-nama besar, semacam UPS, Microsoft, Tesla, dan banyak lagi.
Tentu saja jumlah karyawan yang diberhentikan perusahaan-perusahaan tersebut tak tanggung-tanggung. eBay misalnya, CEO Jamie Iannone mengumumkan lewat memo kepada karyawan bahwa perusahaannya akan memangkas sekitar 1.000 pekerjaan. Ini sama dengan memberhentikan 9% dari total karyawannya, seperti dikutip dari Courier Journal.
Demikian pula Tesla yang sejak April 2023 hingga Juli 2024, telah mem-PHK 14% atau sekitar 19.600 pekerjanya di seluruh dunia. Bahkan demi efisiensi, Elon Musk juga memangkas ribuan posisi dan jabatan tertentu di perusahaannya. Ini seperti diberitakan oleh Quartz (16/7/2024).
Hal serupa juga terjadi pada Amazon, Paramount, Disney, Google, hingga Playstation. Ribuan pekerjaan dihapus, puluhan ribu karyawan terpaksa berhenti dari pekerjaannya.
Meski demikian, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan naik dibanding tahun sebelumnya. Jika tahun 2023 tumbuh 3,1%, akan meningkat menjadi 3,2% pada 2024 dan 3,3% tahun 2025.
Namun hal itu bukan berarti bahwa gelombang PHK massal akan segera berakhir. Bahkan, masih menurut IMF, perkembangan Artificial Intelligence (AI) turut mengancam para pekerja konvensional.
Managing Director IMF, Kristalina Georgieva memprediksi 60% pekerjaan yang akan terdampak AI. Sehingga dapat menurunkan tingkat gaji dan mengurangi kebutuhan perusahaan untuk merekrut tenaga kerja. Dalam situasi yang paling ekstrem, beberapa jenis pekerjaan kemungkinan akan punah. (gni)