Kabupaten Malang, blok-a.com – Untuk mengenali dan memplejari sejarah di Kabupaten Malang, pergi ke Situs Petirtaan Ngawonggo bisa menjadi pilihan.
Setiap sudut daerah pasti memiliki cerita sejarahnya masing masing, beberapa sejarah yang unik tentunya sangat menarik minat wisatawan untuk mengenalinya. Tak terkecuali sejarah di Situs Petirtaan Ngawonggo.
Salah satu sejarah di Kabupaten Malang, terukir di Situs Petirtaan Ngawonggo yang berlokasi di Dusun Nanas, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.
Petirtaan Ngawonggo buka mulai pukul 09.00 WIB hingga tutup pukul 17.00 WIB.
Perlu diketahui, arti dari Petirtaan Ngawonggo sendiri adalah air yang suci. J
ika kalian berkunjung kesana, kalian akan disambut dengan bangunan pemandian atau kolam yang dialiri air serta beberapa peninggalan arca dan relif yang masing masing memiliki cerita.
Dari cerita yang ada, kolam-kolam hingga arca dan relif ini merupakan peninggalan Kerajaan Medang Kamulan atau Mataram Kuno pada masa keemasan Mpu Sindok.
Dulu di Malang Raya ada sebuah pusat pendidikan terkenal. Tepatnya di Kabupaten Malang, Dusun Nanasan, Ngawonggo, Tajinan. Adalah situs Pertitaan Ngawonggo pusat pendidikan yang letaknya di pinggir sungai tepatnya di tebing sungai.

Menurut pengelolah situs, Rahmat Yasin, situs Pertitaan Ngawonggo yang berupa kolam itu digunakan sebagai pusat pendidikan pada tahun 944. Waktu itu, rakyat kerajaan Medang Kamulan yang menggunakan situs itu untuk pendidikan.
“Jadi sebelum Majapahit ini digunakan pusat pendidikan tapi Kerajaan Medang Kamulan. Ada enam kolam yang kami temukan,” kata ia.
Kolam tersebut biasanya digunakan para pemuda-pemudi yang ingin memepelajari ilmu tentang kehidupan atau bermasyarakat. Konon katanya, kalau hendak mempelajari ilmu tersebut harus menceburkan diri ke kolam itu.
“Jadi kalau menimbah ilmu atau ingin menjadi resi pemuda atau pemudi dulu harus masuk ke kolam ini. Ibaratnya itu biar suci dan kosong. Sehingga ilmunya nanti bisa dihayati,” imbuh Yasin dilansir dari Blok-A.
Situs tersebut diduga menjadi pusat pendidikan atau dulu disebut Kedewaguruan berdasarkan tulisan di sebuah prasasti. Informasi itu tertulis di Prasasti Wurandungan yang dikeluarkan pada Rabu Wage 7 November 944 Masehi atau di masa Raja Mpu Sindok di Kerajaan Medang Kamulan.
“Jadi berdasarkan prasasti itu tertulis bahwa situs ini dulu tempat Kedewaguruan,” ujarnya.
Selain kolam, di situs tersebut juga terdapat sejumlah perkakas barang dapur. Diduga perkakas itu dibuat masak memasak para pemuda-pemudi.
“Ada sejumlah perkakas masak-masakan juga. Itu kami temukan di Pawonan (dapur) tak jauh dari kolam. Kami duga itu jadi tempat masak. Jadi disini dulu para pemuda itu tinggal disini. Kayak pondok pesantren,” tutupnya.
Suguhan Kuliner di Petirtaan Ngawonggo
Selain disungguhi dengan peninggalan sejarah, jika berkunjung ke tempat ini, kalian juga akan disugguhi makanan yang dikenal dengan nama Tomboan Ngawonggo.

Tempat makan ini berkonsep unik ini harus reservasi terlebih dahulu. Seperti bagaimana pengelola memberikan pelayanan kepada tamu yang berkunjung ke situs dengan memberikan suguhan wedang, jajanan hingga makanan utama seperti nasi empok, urap, lodeh, botok, sate tahu dan masih banyak masakan jadul lainnya.
Berbeda dari yang lain, pengelola tidak mematok harga untuk setiap sajian yang dihidangkan, tetapi tamu yang sudah melakukan reservasi secara sukarela bisa memberikan sumbangan melalui kotak yang disediakan.
Penggagas Tomboan Ngawonggo, Yasin, menerapkan prinsip asah, asih dan asuh, hal tersebut menjadi hal utama menurutnya sebagai bahan edukasi di tengah zaman saat ini.
Baginya budaya masa lalu bisa memberikan pelajaran, kearifan lokal akan mampu mencipta tata kelola yang bermanfaat bagi masyarakat, mulai dari irigasi persawahan hingga ritual religi. Warga juga bisa memanfaatkannya untuk kepentingan wisata.
Sangat menarik bukan ? Jadi, segera atur jadwal weekend kalian dan segera reservasi di Tomboan Ngawonggo.
(ptu/bob)
Discussion about this post