Kabupaten Malang, blok-a.com – Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa sambang warga di Kabupaten Malang, pada Senin (28/10/2024).
Dalam kunjungannya, Khofifah melirik adanya potensi home industri dupa, di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
Diawali dengan giat di Malang Selatan, tepatnya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sendang Biru, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, untuk menyerap aspirasi masyarakat pesisir. Khofifah kemudian berlayar menuju Pura Patirtan Taman Pasupati, Kecamatan Wagir.
Kedatangannya di Pura disambut hangat oleh umat Hindu, ratusan warga sekitar juga tampak menyapa Cagub nomor urut 2. Sebagian dari mereka tak lupa untuk mengabadikan momen.
Khofifah menyebut, keberadaan Pura Patirtan Taman Pasupati Kecamatan Wagir ini,menjadi tujuan banyak umat Hindu dari berbagai daerah, termasuk dari Kalimantan dan Bali.
“Saya lima tahun yang lalu sebetulnya sudah pernah ke sini. Jadi bangunan kehidupan antar umat beragama harus dibangun seharmonis dan seefektif mungkin,” ujar Khofifah, Senin (28/10/2024).
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menjajal salah satu tradisi unik pura, yaitu membasuh muka dengan air suci dari mata air yang dipercaya dapat membuat wajah awet muda.
“Pengalaman ini memberikan makna dan pengalaman tersendiri bagi saya,” katanya di sela-sela kegiatan.
Usai itu, Khofifah juga melipir ke area home industri dupa yang tak jauh dari Pura. Ia melihat, terdapat potensi yang besar di Kecamatan Wagir ini. Di sisi lain, sentra industri dupa ini juga dinilai menyerap tenang kerja yang cukup besar.
“Menurut saya itu home industri yang cukup strategis, karena dari Bali pun belinya di sini. Jadi betapa menariknya, sentra home industri dupa ini di Wagir,” ungkapnya.
Terpisah, pemilik home industri, Sukarmo mengaku, ia telah mempekerjakan belasan pegawai. Setiap harinya, ia bisa memproduksi dupa hingga ratusan kilo.
“Sehari satu pegawai bisa memproduksi sampai 50 kilogram. Satu minggunya biasanya bisa produksi sampai dua ton,” ungkap Sukarmo saat ditemui, Senin (28/10/2024).
Proses pembuatan dupa sendiri masih manual. Sukarmo menerangkan, semua prosesnya masih menggunakan tenaga manusia. Mulai dari mencampur stik kayu dengan cairan soda api, kemudian mencampur dengan bahan kayu lekat hingga mencampur serbuk kayu.
“Serbuk kayu dicampur sampai tiga kali, kemudian dijemur seharian hingga coklat pekat, untuk wewangiannya dari Bali langsung,” jelasnya.
Selama ini, pasar utamanya masih di Pulau Dewata dengan harga Rp250 ribu per 40 gram. Ia berharap, kedepan sentra industri dupa di Kecamatan Wagir bisa lebih ke kenal pasar ekspor dengan dorongan pemerintah. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan home industri dupa.
“Pemasaran masih di Bali saja, semoga dengan datangnya Bu Khofifah bisa ada pasar lain. Bisa disambungkan dengan pembeli di luar sana, syukur-syukur bisa ekspor,” pungkasnya. (ptu/bob)