Kota Malang, blok-a.com – Sorotan terhadap banjir di Kota Malang kembali muncul.
Banjir di Kota Malang sendiri disorot dengan cara tersebar melalui video sindiran yang viral di media sosial.
Beberapa akun Instagram membagikan video wisata banjir di Kota Malang. Ada enam lokasi yang direkomendasikan untuk menjadi wisata banjir itu.
Enam rekomendasi itu adalah Waterboom Suhat (Jalan Soekarno-Hatta), Kolam Kedawung, Bandulan Waterpark, Waterboom Sawojajar, Sulfat Rafting, dan Galunggung Sea World.
Seluruh rekomendasi itu pun ada tulisan yang tertera bahwa tiket masuk gratis.
Salah satu yang menjadi rekomendasi wisata banjir Kota Malang sendiri adalah daerah Kedawung Kota Malang.
Ketua RW di daerah Kedawung, Didik Karsono menjelaskan, banjir di Kedawung sudah ada sejak tahun 2005.
Dia membenarkan bahwa setiap hujan sejak tahun 2005 sampai sekarang Kedawung jadi langganan banjir.
“Sudah dari tahun 2005 itu sudah banjir itu mesti wes,” kata dia.
Didik menjelaskan, banjir yang terjadi di daerah Kedawung itu adalah karena sedimen di sungai yang mengaliri daerah tersebut saat ini cukup tinggi.
“Dulu kalau saya nyemplung sungai itu pasti takut. Soalnya kedalaman sungai tinggi. Saat ini cetek karena sedimen itu,” paparnya.
Selain itu, terdapat pula bangunan yang berdiri di sekitar badan sungai. Alhasil, penyempitan sungai terjadi.
“Dan itu yang menyebabkan banjir. Sekarang banyak rumah atau hunian warga kami juga. Kami ya gak bisa lakukan apa-apa soalnya tetangga sendiri,” tuturnya.
Dia pun atas sering banjirnya di daerah Kedawung sudah melapor ke Pemkot Malang.
Namun Pemkot Malang menurutnya hanya mengatasi banjir setengah-setengah. Contohnya adalah pengerukan sedimen.
“Sedimen itu cuma di keruk cuma sebagian aja. Kan percuma. Saya pinginnya itu total,” kata dia.
Terpisah, Kepala DPUPRPKP, Dandung Julhardjanto menjelaskan, benar enam lokasi itu langganna banjir.
Dia pun berterimakasih atas laporan dari video tersebu. Selain itu dia juga meminta maaf.
“Ya saya mohon maaf juga kalau belum maksimal,” tuturnya.
Dia juga menjelaksan, upaya untuk antisipasi banjir ini sudah dilakukan. Contohnya adalah pengerukan sedimen.
“Kalau overdimensi di sungai kami pasti akan melakukan pengerukan,” kata dia.
Tapi menurutnya pengerukan itu tidak optimal memang. Sebab sampah di sungai cukup banyak.
“Jadi saya harap masyarakat jangan buang samaph sekarang,” tutupnya. (bob)