Surabaya, blok-a.com – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) Gunung Bromo awal September 2023 lalu merusak jaringan pipa saluran air bersih di 4 desa di Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Probolinggo.
Perbaikan pipa dilakukan dan kini sudah rampung. Warga pun tersenyum lebar.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan pipanisasi itu 100 persen rampung.
Kini ribuan warga di 4 desa sudah bisa menikmati saluran air bersih secara normal.
“Alhamdulillah, saat ini perbaikan pipa yang rusak terbakar saat terjadi kebakaran hutan di Gunung Bromo sudah selesai. Masyarakat di empat desa juga sudah bisa menikmati air bersih seperti dulu,” ungkap Gubernur Khofifah, Selasa (31/10/2023).
Berdasar assesment BPBD Jatim, kerusakan pipa yang terjadi di empat desa di wilayah Kabupaten Probolinggo ini mencapai 11.600 meter.
Jumlah itu, meliputi, Desa Ngadirejo sepanjang 1.600 meter, Desa Sapikerep 3.400 meter, Desa Ngadas 5.100 meter, dan Desa Wonokerto sepanjang 1.500 meter.
Dengan rampungnya perbaikan pipa air bersih ini, ribuan warga terdampak di empat desa juga bisa tersenyum lega.
Sedikitnya, 2.240 KK atau sekitar 6.472 jiwa yang tersebar di empat desa telah menerima manfaat dari perbaikan pipanisasi ini.
Jumlah itu meliputi 450 KK atau sekitar 1.280 jiwa di Desa Ngadirejo, 1.026 KK (3000 jiwa) di Desa Sapikerep, 530 KK (1540 jiwa) di Desa Wonokerto dan sebanyak 234 KK atau sekitar 652 jiwa di Desa Ngadas.
Saat terjadi kebakaran hutan di kawasan Gunung Bromo, pipa yang berfungsi menyalurkan air bersih untuk warga dari berbagai sumber air itu rusak karena ikut terbakar.
Di sini Khofifah kala itu memimpin rapat penanganan dampak Karhutla Gunung Bromo di Kantor Taman Nasional Bromo Tengger dan Semeru (TNBTS) dan meminta Tim BPBD Jatim dan Dinas PU SDA Jatim untuk memberikan bantuan penanganan pipanisasi.
“Semoga kejadian kebakaran hutan di kawasan Gunung Bromo yang diakibatkan flare pengunjung itu tidak terjadi lagi di masa-masa mendatang,” harapnya.
Upaya perbaikan pipa yang rusak itu tidak hanya dilakukan tim Pemprov Jatim saja. Namun juga melibatkan sejumlah relawan, masyarakat dan tokoh adat setempat.
Upaya pelibatan masyarakat itu, dinilainya sangat penting, mengingat beberapa desa yang terdampak Karhutla masih menjunjung kuat tradisi dan adat budaya setempat.
Dengan pelibatan masyarakat dan tokoh adat setempat, diharapkan perbaikan pipanisasi ini bisa menguatkan rasa gotong royong dan upaya pelestarian lingkungan di kawasan Gunung Bromo.(kim/lio)