Kota Malang, blok-acom – Program pilah sampah menjadi program andalan Pemkot Malang untuk menekan produksi sampah.
Saat ini produksi sampah di Kota Malang per hari mencapai 800 ton lebih. Salah satu cara untuk mengurangi produksi sampah itu adalah dengan mengurai sampah di bagian hulu atau di setiap rumah tangga.
Nah, program pilah sampah sendiri adalah mengedukasi masyarakat agar di setiap rumah sudah memilah sampah. Setiap sampah yang diproduksi dipilah mana yang organik dan anorganik atau mana yang bisa di daur ulang ataupun tidak.
“Jadi itu di setiap rumah ada lah tempat sampah itu dua supaya dibedakan mana sampah yang nanti bisa langsung dibuang dan mana yang bisa di daur ulang,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Noer Rahman Wijaya, Selasa (22/5/2023).
Program pilah sampah ini dilakukan dengan cara sosialisasi ke warga langsung, bisa setiap RT ataupun di sekolah-sekolah.
Menurutnya program pilah sampah ini perlu waktu untuk berhasil diterapkan secara menyeluruh ke masyarakat Kota Malang. Namun dirinya optimis setiap warga Kota Malang nantinya sadar.
“”Jadi kami dari DLH melalui Perda tentang pengelolaan sampah memang mulai sampah paling bawah atau dari hulu di masyarakat itu agar bisa benar benar dipilah,” ucapnya.
“Namun ini butuh waktu dan harapan kami kedepan mudah mudahan semakin hari melalui sosialisasi dan peningkatan kapasitas, hal itu tidak mungkin tidak bisa. Pasti bisa, hanya butuh waktu saja,” tandasnya.
Apa Pentingnya Pilah Sampah?
Memilah sampah di setiap rumah tangga ini penting dilakukan karena akan memperpanjang umur Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang atau satu-satunya TPA di Kota Malang.
Dengan memilah sampah di setiap rumah akan memperpanjang umur TPA Supit Urang.
TPA Supit Urang akan bertambah umurnya jika sampah setiap harinya berkurang yang dibuang di sana. Saat ini satu hari ada 880 ton sampah yang diproduksi warga Kota Malang.
Pemkot Malang telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi sampah sebelum dibuang ke TPA, seperti mengaktifkan TPS 3R hingga PKD untuk mengurai sampah.
Alhasil yang awalnya 880 ton berkurang menjadi sekitar 550 ton perhari atau berkurang sekitar 24.6 persen. Hal ini pun membuat yang awalnya TPA Supit Urang berumur 3 tahun menjadi 7 hingga 9 tahun.
Namun menurut Rahman berkurangnya sampah 24,6 persen itu masih kurang. Dia ingin adanya partisipasi masyarakat agar TPA Supit Urang ini bisa berumur lebih panjang.
“Karena TPA ini hanya satu-satunya yang kita miliki. Kalau sudah tidak bisa jadi tempat pembuangan terus kemana?” kata dia.
Oleh karena itu, program pilah sampah ini adalah menjadi cara untuk mengelola sampah dan memilah yang paling efektif.
Program ini pun akan membantu tujuan Wali Kota Malang Sutiaji agar 2028 Kota Malang sudah bebas sampah.
Bebas sampah artinya produksi sampah di Kota Malang ini optimal pengelolaannya.
“Jadi sebagaimana di canangkan Wali Kota Malang bahwa sampah di 2028 nanti harus bersih dari sampah,” kata Rahman. (bob)