Kabupaten Malang, Blok-a.com – Minimnya permintaan vaksin covid-19 dari masyarakat menjadi salah satu alasan terbesar Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mengurangi persediaan stok vaksin, khususnya untuk vaksin jenis booster.
Menurunnya permintaan vaksin di Kabupaten Malang dimungkinkan terjadi sejak melandainnya kasus pandemi covid-19 di Indonesia. Seperti yang diketahui bersama, World Health Organization (WHO) telah menghapus status covid-19 sejak 5 Mei 2023 silam.
Hal itu secara tidak langsung menyebabkan sejumlah Faskes di Kabupaten Malang hanya menyediakan vaksinasi dalam jumlah terbatas dibandingkan sebelumnya.
Kepala Dinkes Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo menuturkan, pengurangan pengajuan stok di Dinkes Kabupaten Malang karena berkurangnya permintaan masyarakat terkait vaksinasi.
Terlebih, masa kadaluarsa yang semakin pendek juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya pengajuan vaksinasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Vaksin jenis Pfizer sudah tidak ada, digantikan dengan indovac dan inavac. Yang mana masa kadaluarsanyabhanya sampai dua bulan. Kalau pengajuan kita banyak tapi permintaan sedikit nanti kebuang, kan sayang,” tutur Wiyanto saat ditemui Blok-a.com di ruang kerjanya, Senin (29/03/2023).
Diakui Wiyanto, pengurangan pengajuan stok vaksin memang cukup besar di Kabupaten Malang. Bahkan, yang sebelumnya permintaan mencapai ribuan perbulannya. Namun, saat ini pengajuan tidak kurang dari seribu dosis.
“Stok tetap ada di Dinkes, kita juga tetap mengajuan permintaan. Tapi tidak banyak seperti dulu yang dampai ribuan, kalau sekarang seribu sebulannya. Itupun kadang belum tentu habis,” terangnya.
Padahal, menurut data yang dimiliki Dinkes Kabupaten Malang, angka keterserapan vaksinasi masih cukup rendah khusunys untuk booster kedua dan ketiga.
Dirincikan Wiyanto, sebanyak 70 persen keterserapan vaksin booster pertama. Yang artinya masih ada sekitar 30 persen warga yang belum melakukan vaksinasi booster pertama.
“Sementara itu vaksin booster kedua masih relatif rendah, yakni sebesar 20 hingga 30 persen yang melakukan vaksinasi. Jadi kurang lebih sebanyak 70 persen warga Kabupaten Malng belum melakukan booster dosis ketiga,” imbuhnya.
Disisi lain, saat disinggung terkait kasus aktif Covid-19 di Kabupaten Malang, Wiyanto menyebut, kasus aktif relatif melandai alias terkendali. Dengan catatan sebanyak 10 hingga 20 kasus aktif.
“Setelah idul fitri memang sempat naik sedikit, tapi di bawah 20 jadi masih aman karena tergolong melandai. Kalau sekarang, paling tidak dibawah 10 terus, gak sampai naik tinggi,” tutupnya.
(ptu/bob)