Nyai Sinta Buka Bersama di Kota Malang, Beri Pesan Ini

Caption : Nyai Sinta Istri Almarhum Gus Dur Presiden Ke 4 cerama di Kota Malang(Blok a.com/ mike)

Kota Malang, Blok-a.com– Nyai Sinta Nuriyah Wahid, istri dari almarhum Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid, hadir di Kota Malang untuk memberikan ceramah tentang kebangsaan.

Pada acara itu dihadiri Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto dengan membawa hadiah lukisan wajah Gus Dur dengan batok kelapa.

Tak hanya itu saja, juga ada Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Bhudi Hermanto, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Muztakmar, Wali Kota Malang Sutiaji, Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika dan berbagai tokoh agama lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, Nyai Sinta menegaskan pentingnya pemahaman yang tepat tentang makna sebenarnya dari berpuasa.

Terlihat suasana menjadi lebih santai setelah mengeluarkan candaan Gus Dur yang khas, sehingga mengundang tawa dari hadirin.

Wanita yang telah berusia 75 tahun itu menyinggung secara halus pembawa acara yang mengucapkan rasa syukur.

Dalam Ceramahnya Nyai Sinta Nuriyah Wahid menjelaskan bahwa ada empat pesan yang ingin disampaikan Rabu (5/4/2023) sore di Kota Malang.

Pesan pertama adalah tentang pentingnya bersyukur karena berhasil melewati musibah pandemi Covid-19.

Selanjutnya, dia juga menekankan perlunya kewaspadaan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Pesan ketiga yang menjadi perhatian adalah tentang tragedi Kanjuruhan.

“Namun, menurut Saya, yang paling memprihatinkan adalah kemerosotan moral yang terjadi saat ini,” ujarnya.

Banyak terjadi kasus pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, dan pencurian yang mengkhawatirkan.

“Yang lebih menyedihkan lagi adalah kejadian-kejadian ini terjadi di tempat yang seharusnya menjadi contoh,” jelasnya.

“Tempat yang seharusnya dijaga suci malah menjadi tempat terjadinya kejahatan seperti pemerkosaan, pembunuhan oleh orang tua kepada anaknya, penelantaran anak oleh ibunya, dan banyak kejadian lainnya yang memprihatinkan,” tanbahnya.

Penyebab terjadinya hal tersebut adalah karena semakin menipisnya sensitivitas terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

“Kita semua adalah saudara, ayo nyanyikan Satu Nusa Satu Bangsa,” kata dia.

“Saya mengajak para hadirin untuk membaca syair Abu Nawas Al-I’tirof sebanyak tiga kali,” tandasnya. (mg1/bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?