‘Kiamat’ Sampah 3 Tahun Lagi? Ini Upaya Pemkot Malang Perpanjang Umur TPA Supit Urang

Situasi di TPA Supit Urang Kota Malang (blok-a/bob)
Situasi di TPA Supit Urang Kota Malang (blok-a/bob)

Kota Malang, blok-a.com – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang menjadi gerbang terakhir untuk pengelolaan sampah di Kota Malang.

Namun umur TPA yang berada di pinggir Kota Malang Kecamatan Sukun itu tidak lama atau tiga tahun lagi.

Warga Kota Malang setiap harinya membuang sampah sekitar 880 ton. Dan dengan ratusan ton sampah itu membut TPA Supit Urang tidak akan bisa dibuat tempat pembuangan akhir lagi.

Kiamat adalah yang disebut Penyuluh Lingkungan Bidang Persampahan Buddie Heryanto ke blok-a.com.

Sebab, Kota Malang tidak akan punya lagi tempat pemusatan sampah lagi.

Sampah akan berserakan dimana-mana. Di setiap Tempat Penampungan Sementara (TPS) akan tertimbun sampah. Kota Malang tiga tahun lagi akan menjadi bau sampah jika sampah yang dibuang warga 880 ton sehari.

Tak hanya itu, di TPA Supit Urang juga berpotensi kejadian longsor seperti di TPA Leuwigajah di Bandung 2005 lalu yang tewaskan 150 orang kurang lebih.

“Iya itu kiamat kalau memang sampai tiga tahun seperti itu,” tuturnya ke blok-a.com, Kamis (11/52023).

Untuk membangun lagi TPA sendiri cukup susah. Bukan hanya sekadar, mencari tempat untuk TPA yang luas. Namun juga mengurus perizinannya juga susah.

“Apalagi tipikal masyarakat Kota Malang ini gak mau kalau TPA ada di dekat rumahnya. Jadi ya bakal susah. Kita mau bangun dimana?,” tanyanya.

Untungnya, Pemkot Malang melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang memperpanjang umur dari TPA Supit Urang.

Pengangkutan sampah di TPA Supit Urang (blok-a/bob)
Pengangkutan sampah di TPA Supit Urang (blok-a/bob)

Umur TPA Supit Urang diperpanjang hingga 7 sampai 8 tahun.

Buddie menjelaskan, cara memperpanjang umur dari DLH adalah dengan mengurangi sampah di kelurahan atau tiap TPS.

Salah satu cara mengurangi sampah adalah mengaktifkan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) reduce, reuse, and recycle (3R).

Ada lima kata Buddie TPS 3R di Kota Malang. Lokasinya adalah di Balearjosari, Merjosari, Bandungrejosari, Buring dan juga Madyopuro.

“Pertama kami maksimalkan TPS 3R di sejumlah kelurahan,” tuturnya.

TPS 3R itu adalah cara mengelola sampah dengan mengurangi timbunan sampah. Sampah yang berada di TPS 3R dan masih bisa didaur ulang akan diambil.

Contohnya adalah botol, plastik, dan juga sejumlah sampah anorganik lainnya yang bisa digunakan atau dimanfaatkan kembali.

“Contohnya di Madyopuro itu setiap hari 22 ton jadi bisa berkurang 6 ton jadi sekitar 16 ton per hari,” tuturnya.

Cara kerja di TPS 3R sendiri diakomodir oleh warga sekitar. Yang memilah, hingga mendaur ulang adalah warga sekitar TPS 3R.

Manfaatnya sendiri juga diambil oleh warga sekitar.

Contohnya di TPS 3R Madyopuro. Dengan banyaknya sampah yang dipilah dan dimanfaatkan lagi seperti dijual mampu menjadi penghidupan warga Masyopuro.

Salah satu warga yang berkecimpung di TPS 3R Madyopuro pun sampai bisa membeli sapi saat Idul Adha untuk dikurbankan.

“Sampai bisa beli sapi. Itu penghidupan mereka di satu sisi dan juga pengurangan sampah buat kami,” tuturnya.

Tak hanya TPS 3R yang bisa dijadikan cara DLH untuk memperpanjang umur TPA Supit Urang. Ada program DLH namanya rumah Pilah, Kompos dan Daur Ulang (PKD).

Ada 23 rumah PKD yang berada di 72 TPS di Kota Malang. Cara kerjanya seperti TPS 3R namun bedanya adalah dikelola oleh DLH sendiri.

Sampah yang ada di TPS akan dipilah dan juga dipisahkan. Sampah yang dipilah adalah sampah yang bisa didaur ulang dan residu sampah juga bisa dikuranhi sebelum ke TPA Supit Urang.

“Prinsipnya sama seperti TPS 3R tapi kami kelola sendiri,” tuturnya.

Terakhir adalah dengan aktifnya pemulung yang memilah sampah di 72 TPS Kota Malang.

Pemulung dan penggerobak ini dirasa cukup membantu untuk pengurangan sampah sebelum dibuang ke TPA Supit Urang.

“Setiap satu TPS itu minimal ada 4 orang pemulung. Dan setiap hari mereka akan memilah sampah di sana,” kata dia.

Dengan cara seperti itu, Buddie menilai, pengurangan sampah sebelum diangkut ke TPA Kota Malang cukup berkurang.

Dia menilai pengurangan sampah di Kota Malang terbaik. Sebab, mampu mengurangi 24 persen kurang lebih sampah setiap hari dari warga Kota Malang.

“Kalau di daerah lain itu paling top ya 20 persen. Kota Malang 24 persen,” tutupnya. (bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?