Haul Agung ke-546 Sunan Ampel, Ini Sosoknya dengan Dakwah Revolusi Mental Moh Limo

Gubernur Khofifah menghadiri haul ke-546 Sunan Ampel, Jumat (10/3) malam. (Pemprov Jatim)
Gubernur Khofifah menghadiri haul ke-546 Sunan Ampel, Jumat (10/3) malam. (Pemprov Jatim)

Surabaya, blok-a.com – Peringatan Haul ke-546 Raden Rahmat atau Sunan Ampel, Jumat (10/3) malam, membawa pesan khusus revolusi mental anak bangsa.

Ribuan umat Islam yang hadir dari berbagai penjuru negeri, memanjatkan doa yasin, dan tahlil agar bisa melaksanakan ajaran Sunan Ampel, Moh Limo.

Yakni prinsip Moh Limo (Tidak mau pada Lima Perkara) yakni Moh Main (tidak berjudi), Moh Ngombe (tidak mabuk), Moh Maling (tidak mencuri), Moh Madat (tidak menghisap candu) dan Moh Madon (tidak berzina).

Sunan Ampel, atau Raden Muhammad Ali Rahmatullah, sebagai ulama kelahiran Champa (Kamboja) pada 1401.

Anak ulama besar Syekh Maulana Malik Ibrahim, ini keturunan orang besar karena masih keponakan Raja Majapahit.

Krisis politik di negeri Champa abad XV, membuat, Raden Rahmat musafir ke pulau Jawa, misinya menyebarkan agama Islam.

Di tanah Jawa, Raden Rahmat sempat singgah di Palembang dan mengislamkan adipati Palembang Arya Damar, yang kemudian diberi nama Ario Abdillah. Dia jita singgah di Tuban dan masuk Majapahit.

Hubungan baik dengan Raja Majapahit, Prabu Brawijaya, Raden Rahmat diberi sebidang tanah di Ampeldenta, Surabaya.

Di sanalah basis pertama dakwah Raden Rahmat berdiri. Dia menyebarkan Islam di kawasan Ampeldenta, atau dikenal Sunan Ampel.

Di kawasan itu, dakwahnya dimulai dengan membangun pesantren Ampeldenta, mendidik dai Islam.

Di antara murid-murid Sunan Ampel yang terkenal adalah Sunan Giri, Raden Patah, Raden Kusen, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.

Sebelum membangun pesantren, Sunan Ampel menarik perhatian masyarakat dengan membagikan kerajinan kipas yang terbuat dari akar-akaran dan ayaman rotan.

Bagi yang mau mengambilnya, tidak perlu menukarkan dengan uang, melainkan dengan dua kalimat syahadat.

Karena kala itu, banyak dari masyarakat menganut animisme, bersemedi, judi sabung ayam, dan minum-minuman keras.

Sunan Ampel lantas mengenal istilah Islam dengan bahasa masyarakat setempat. Kata salat diganti dengan sembahyang (asalnya: sembah dan nyang).

Tempat ibadah juga tidak dinamai musalla melainkan langgar, mirip dengan kata sanggar.

Kemudian, orang penuntut ilmu diberi nama santri, yang berasal dari shastri, yaitu orang yang tahu kitab suci Hindhu.

Selain strategi berdakwah dengan prinsip Moh Limo, serta mendekatkan istilah Islam dengan bahasa masyarakat, Sunan Ampel juga menerapkan strategi dakwah dengan mengganti nama sungai (Kali Emas dan Tanjung Perak).

Kemudian dia juga berdakwah dengan menguasai kebutuhan pokok masyarakat serta mendekatkan diri pada tokoh-tokoh masyarakat.

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, yang hadir di acara haul itu, mengatakan Sunan Ampel merupakan salah satu Wali Songo yang memiliki karomah sangat tinggi. Sosoknya memiliki kemampuan noto (menata) akhlak, kesantunan dan ketertiban masyarakat.

“Masing-masing Wali Songo memiliki karomah masing-masing. Ketika berbicara revolusi mental, maka kita berbicara soal karakter bangsa. Itulah yang ditanamkan oleh Sunan Ampel,” tutur Khofifah.

Ketua PP Muslimat NU ini, ajaran baik Sunan Ampel bisa membawa jamaah masuk surganya Allah SWT secara berombongan sesuai firman Allah SWT pada Surat Az-Zumar ayat 73 yang artinya “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya ; Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.”

“Kita semua yang hadir disini, seluruh peziarah berharap ketika suatu saat Raden Rahmat Sunan Ampel R.a. masuk Surganya Allah SWT, kita akan bisa ikut rombongannya beliau. Amiiin,” ucapnya

Diakhir, dirinya juga mengharapkan seluruh catatan kebaikan baik di bulan Sya’ban dan bulan-bulan sebelumnya bisa terus terjaga dengan baik.

“Agar ketika Allah SWT memanggil kita keharibaanNya, kita berpulang dengan keadaan khusnul khotimah. Amiin yaRabbal Alamin,” pungkasnya

Sementara itu, Nyai Hajjah Saniyah Ubed, Ketua Panitia Haul ke-546 Sunan Ampel menyampaikan terimakasihnya atas kehadiran para peziarah, dan Gubernur Khofifah.

“Di bulan Rajab, Syaban, dan terlebih lagi Ramadhan akan banyak sekali peziarah. Semoga semua doanya diijabah dan kita bisa menjadi bagian dari rombongan beliau ke dalam surga,” imbuhnya.(kim/lio)