Kota Malang, blok-a.com – Berkurangnya sampah di Kota Malang sebelum dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang salah satunya berkat Tempat Pengolahan Sampah (TPS) reduce, reuse, and recycle (3R) Velodrome.
TPS 3R Velodrome lokasinya berada di Kelurahan Madyopuro Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.
Setiap harinya 22 ton kurang lebih sampah dari lima kelurahan di sekitar Madyopuro ditaruh di TPS 3R Velodrome.
Namun saat dibuang ke TPA Supit Urang hanya 16 ton saja. Artinya berkurang sekitar enam ton sampah dari TPS 3R Velodrome.
Bagaimana bisa?
TPS 3R Velodrome mengurangi sampah sebelum dibawa ke TPA Supit Urang dengan cara memilah sampah.
Sampah anorganik ataupun organik yang bisa dipakai kembali akan dipisah.
Ada 12 pekerja di TPS 3R yang dilibatkan dalam pekerjaan memilah sampah ini. 12 pekerja pemilah sampah itu sendiri adalah warga Kelurahan Madyopuro.
Pembina TPS 3R Velodrome, Hari Wijayante menjelaskan, pemilahan sampah itu awalnya datang dari 72 gerobak sampah yang setiap harinya datang ke TPS 3R Velodrome.
Setiap gerobak akan ditaruh di satu tempat pemilahan sampah.
“Di sana petugas akan memilah sampah mana yang bisa didaur ulang dan tidak,” kata dia dikonfirmasi blok-a.com, Jumat (12/5/2023).
Hari mengatakan, pemilahan sampah yang bisa didaur ulang dilakukan dengan tidak sembarangan.
Hari memberi arahan ke 12 petugas pemilahan sampah itu bahwa ada enam jenis sampah yang bisa didaur ulang.
Contohnya jenis PET (Polyethylene Terephthalate) seperti botol air mineral, atau botol minyak kayu putih atau juga HDPE (High Densy Polyethylene) seperti botol susu, tutup botol mineral sama botol sampo.
“Itu kami pisahkan enam jenis plastik dan warnanya pun kami pisahkan. Kalau oranye ya oranye, biru ya biru begitu,” tuturnya.
Selain dipisahkan, beberapa sampah yang didaur ulang itu dicuci, dikeringkan lalu juga dicacah. Mesin pencacahan juga terdapat di sana.
“Kami cacah juga plastiknya. Tujuannya agar ketika dijual itu lebih mahal daripada dijual secara utuh,” kata dia.
Tak hanya plastik, sampah jenis kertas pun juga turut dipisahkan. Semua itu dilakukan oleh 12 petugas pemilah sampah.
Setelah pemilahan sampah, beberapa sampah yang bisa dijadikan kompos pun juga dipisahkan.
“Kompos juga kami pisahkan. Nantinya kami jual untuk operasional dari TPS 3R ini seperti mengecat, membayar listrik dan sejumlah kebutuhan lainnya,” kata dia.
Setelah dipisahkan, sampah yang tidak bisa didaur ulang bakal dipindahkan ke mesin press sampah.
Mesin itu sendiri cukup besar dan diletakkan di sebuah gudang. Pengepressan sampah itu membuat sampah menjadi kering dan bentuknya kubus. Secara berat berkurang dan air dari sampah juga dihilangkan.
“Ya akhirnya berkurang. Setiap hari satu truk itu dua kali balik untuk membawa sampah ke TPA Supit Urang dengan bentuk
kubus dan sudah kering,” kata dia.
Sudah Ada dari Tahun 2011 Tapi Optimal di Era Sutiaji
Terpisah, Penyuluh Lingkungan Bidang Persampahan DLH Kota Malang, Buddie Heryanto menjelaskan, TPS 3R Velodrome ini termasuk TPS 3R yang cukup bagus dalam pengolahan sampah.
Mesin press sampah dari Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) yang digunakan di TPS 3R Velodrome ini digunakan secara optimal.
12 petugas pemilah sampah hingga pengoperasian pengolahan sampah itu sendiri warga sekitar. Pemkot Malang melalui DLH Kota Malang hanya mengawali dengan pendampingan.
“Jadi di sana itu DLH juga mendampingi. Awalnya kami ajari kami beri arahan. Sekarang yang mengoperasikan ya warga sekitar sendiri dan itu membantu pengurangan sampah,” kata dia.
TPS 3R itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak 2011 lengkap beserta mesin pengolahannya. Namun baru di era pimpinan Wali Kota Malang Sutiaji baru optimal atau 2019.
Pada 2011 lalu belum optimal karena masih kurangnya pemahaman warga sekitar.
Tapi pada 2017 adalah awal mula dibentuknya paguyuban TPS 3R Velodrome.
Namun paguyuban itu belum bergerak secara optimal. Mesin pengepres sampah belum digerakkan secara optimal karena SDM-nya kurang.
Pembina TPS 3R Velodrome, Hari Wijayante mejelaskan, belum optimal karena memang kesadaran masyrakat untuk mengurangi sampah dengan mengelolanya belum ada.
Dalam paguyuban itu awalnya ada 4 anggota saja.
Lantas 2019 barulah TPS 3R itu bisa berjalan optimal. Sebab ada tambahan 8 warga dan menjadikan ada 12 anggota paguyuban.
Hari menjelaskan, mesin pengepres itu baru optimal. Banyak warga yang membantu.
Hari menjelaskan, banyaknya SDM itu karena warga sadar bahwa di TPS 3R ini menguntungkan secara ekonomi.
Sekadar diketahui 12 anggota paguyuban itu dulunya adalah bekerja sebagai tukang gerobak sampah.
12 anggota paguyuban itu dulunya sebenarnya juga memilah sampah. Namun mereka hanya memilah sampah saja. Mereka belum mengelola sampah dengan optimal.
“Kalau di TPS 3R ini kami olahkan. Contohnya kalau botol mineral sampah ini. Kami bedakan. Kami cuci dan kami keringkan. Kalau dulu mereka jual langsung itu harganya Rp 3 ribu satu kilogram. Kalau diolah bisa jadi Rp 18 ribu per kilogram,” tuturnya.
Tak hanya itu, 12 anggota itu juga digaji pleh TPS 3R Velodrome dengan bayaran Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per bulan.
“Belum dari gaji gerobak mereka. Jadi ada tiga pendapatan yang mereka terima. Kalau dulu hanya gerobak saja cuma satu. Sekarang tiga. Itu yang membuat mereka tertarik,” tuturnya.
Hari pun kini bisa berbangga. Sebab, misi untuk mengurangi sampah di Kota Malang berkurang. Tak hanya itu warga sekitar Madyopuro juga terbantu perekonomiannya berkat adanya TPS 3R Velodrome.
“Iya alhamdulillah mas sekarang kami bisa mengurangi sampah sebelum ke TPA Supit Urang dan juga warga terbantu,” tutupnya. (bob)