5 Fakta Kasus Antraks di Gunungkidul: Awal Mula – Jumlah Korban

antraks gunungkidul
Ilustrasi sapi (foto: shutterstock)

Blok-a.com – Belakangan ini warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarya (DIY), dihebohkan dengan kasus antraks yang ditularkan dari hewan ternak sapi.

Kasus ini diketahui setelah satu warga Kecamatan Semanu yang berusia 73 tahun meninggal pada (4/7/2023), lantaran mengonsumsi daging sapi yang mati karena sakit.

Dirangkum Blok-a.com pada Sabtu (8/7/2023), berikut deretan fakta terkait kasus antraks yang terjadi Desa Semanu, Kabupaten Gunungkidul.

1. Kronologi Penyebaran

Kementerian Kesehatan RI mengatakan penyebaran kasus antraks ini berawal dari 6 sapi dan 6 kambing yang mati mendadak lantaran terindikasi positif antraks.

Pemerintah daerah setempat pun meminta agar hewan ternak itu dikubur dan diambil spesimennya untuk diuji laboratorium. Namun, warga justru tak mengindahkan imbauan petugas dan malah membongkar kuburan tersebut.

Mereka kemudian menyembelih dan membagikan daging tersebut kepada warga sekitar. Akhirnya, sebanyak 125 warga yang menerima daging sapi itu pun harus menjalani tes pemeriksaan.

“Kronologi diawali kasus kematian sapi milik salah satu warga berinisial KR pada 18 Mei 2023, lalu disembelih dan dibagikan ke warga untuk dikonsumsi. Ini jadi salah satu penyebab penyebaran kasus,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi dalam konferensi pers secara daring di Jakarta.

2. Jumlah Korban  

Kasus antraks yang terjadi di Gunungkidul Yogyakarta itu mengakibatkan tiga warga meninggal dunia dan 85 warga lainnya terindikasi positif antraks.

“Setelah ada yang meninggal, kami melakukan penelusuran, ada tidak yang bergejala. Kemudian kami ambil sampel darah semua yang terpapar daging diduga karena antraks. Yang kontak dengan daging itu kami ambil semua sampel darahnya ada 125 orang,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul Dewi Irawaty.

“Dari 125 orang itu, yang positif (antraks) ada 85. Tapi yang bergejala ada 18 orang, gejalanya ada luka, bengkak, ada pula yang diare, pusing-pusing dan sebagainya,” lanjut Dewi.

Kemenkes hingga saat ini masih melakukan penyelidikan epidemiologi kasus tersebut di dua Kecamatan yakni Semanu, dan Karangmojo untuk mengukur sebaran hingga penyebab pasti penularan virus.

3. Waspada Antraks di Seluruh DIY

Usai ditemukan kasus meninggal di Gunungkidul, Kementerian Kesehatan pun menerbitkan surat edaran (SE) agar seluruh fasilitas kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai waspada terkait potensi penularan penyakit Antraks.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan kewaspadaan itu dilakukan mengingat spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks dapat terbang dan bertahan cukup lama.

“Kita sudah imbau, kita sudah keluarkan SE untuk kewaspadaan bagi semua faskes di DIY, bukan hanya di Gunungkidul, tapi di Kabupaten yang lain di DIY, mengingat spora tadi itu terbang kemana-mana,” kata Imran dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7/2023).

4. Belum Ditetapkan Status KLB

Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum menetapkan penyebaran penyakit antraks sebagai kejadian luar biasa (KLB). Padahal Pemerintah DIY sudah meminta Pemkab Gunungkidul segera menetapkan KLB Antraks.

Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto, merasa pihaknya belum perlu menetapkan status KLB. Hal tersebut dikarenakan dari hasil koordinasi sebelumnya, kasus antraks di Gunungkidul masih terkendali.

“Untuk saat ini kasus antraks masih dapat ditangani, sehingga belum ada rencana penetapan status KLB. Selain itu Padukuhan Jati jauh dari permukiman padat penduduk dan jaraknya jauh dengan padukuhan yang lain,” kata Heri.

5. Isolasi Hewan Ternak

Sementara itu, Pemerintah DIY telah memerintahkan jajarannya untuk melakukan upaya pencegahan dengan cara mengisolasi hewan ternak agar antraks tidak meluas.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto telah melarang keluar masuknya hewan ternak sapi dan kambing sementara waktu di Padukuhan Jati, Kapanewon Semanu, Gunungkidul.

“Kami telah melakukan isolasi dan lintasan atau lalu lintas keluar masuknya hewan ternak sementara tidak melalui  Dusun Jati. Langkah tersebut dilakukan supaya penularan antraks bisa dicegah,” kata Sugeng Purwanto.

(hen)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?