Kota Malang, blok-a.com – Pedestrian Kayutangan Heritage Kota Malang punya cerita romantis. Cerita itu datang dari Kakek Arifin.
Wajahnya kini menjadi salah satu lukisan dinding di pedestrian. Terpampang wajah Kakek Arifin lengkap dengan kerutannya di lukisan yang ada di dekat kantor Bank BNI.
Seperti apa kisahnya hingga diabadikan di Kayutangan Heritage?
Kakek Arifin ini biasanya dipanggil Mbah Gombloh. Sosoknya cukup misterius dan sering ditemui di pedestrian Kayutangan bahkan sejak sebelum indah seperti saat ini.
Kakek Arifin duduk di tempat yang sama di pedestrian tersebut. Konon dia duduk di sana selama 30 tahun.
Puluhan tahu itu ia habiskan untuk menunggu kekasih hatinya yang tak kunjung datang.
“Tempat kakek Arifin duduk menunggu kekasihnya itu ya di tempat yang kini ada ganbarnya. Dulu di situ bekas toko Surabaya,” ujar Pemerhati Budaya dan Sejarah Malang, Agung Buana, Minggu (8/1/2023).
Selama menunggu dan duduk itu, Kakek Arifin terkenal pendiam. Dia sering tertunduk di pertokoan Kayutangan Heritage.
Meskipun ada banyak orang lalu lalang Kakek Arifin dikenal tak banyak bicara. Kegiatannya hanya duduk dari pagi hingga sore.
Kakek Arifin kekeuh duduk di lokasi yang sama itu karena dijanjikan kekasihnya waktu tahun 1965. Kekasih itu berjanji akan bertemu Kakek Arifin di Kayutangan Heritage.
Namun hingga ujung waktunya, kesetiaan Kakek Arifin dibalas dengan ketidakhadiran kekasih itu.
Mereka berdua tidak pernah bertemu walaupun Kakek Arifin menunggu hingga tua.
Dari hasil penelusuran Agung, Kakek Arifin tidak ditemui kekasihnya karena ada beberapa kemungkinan.
Kekasihnya ada yang bilang ditahan, ada yang bilang di luar negeri dan ada yang bilang dibunuh.
“Namun kenyataannya dari informasi yang ada perempuan ini ada yang bilang dibunuh, ada yang bilang ditahan dan ada yang bilang pergi keluar negeri. Intinya tak lagi bertemu dengan kakek Arifin sejak mereka berjanji untuk bertemu kembali,” kata dia.
Kemungkinan-kemungkinan itu tidak diketahui Kakek Arifin. Kakek Arifin setia menunggu kekasihnya dari pagi hingga sore sejak tahun 1965 hingga meninggal dunia pada 8 April 2017.
“Padahal rumah Kakek Arifin informasinya ada di perbatasan antara Kota Malang dan Kota Batu. Tapi ia tetap menunggu sejak pagi hingga sore setiap harinya,” tambahnya. (bob)
Discussion about this post