Pemilik Kedai Kopi di Kota Malang Ungkap Karakteristik Biji Arabika yang Jarang Diketahui, Ini Rahasianya

Yanuar Pradipta di balik kopi arabika yang sudah diroasting mandiri (blok-a/Widya Amalia)
Yanuar Pradipta di balik kopi arabika yang sudah diroasting mandiri (blok-a/Widya Amalia)

blok-a.comWanita oh wanita. Sulit dipahami, dimengerti, apalagi dimiliki. Begitu pula layaknya biji kopi. Seiring berjalannya waktu, kedai kopi mulai menyajikan aneka sajian menu. Mulai dari houseblend, arabika, dan robusta. Namun, ada beberapa fakta unik soal karakteristik biji arabika yang bakal diungkap pemilik kedai kopi di Kota Malang.

Owner Kedai Kopi Sakata, Yuniar Pradipta, membenarkan hal itu. Beberapa karakteristik biji kopi arabika memang unik. Bahkan sempat menjadi tantangan baginya ketika menyeduh. Metode penyeduhannya lebih sulit dibanding kopi robusta. Hal itu juga disebabkan kafein yang lebih rendah.

“Kalau robusta itu kan rasanya cenderung pahit, nah arabika lebih ke buah-buahan,” beber ayah tiga anak ini, (9/8).

Penyeduhannya juga relatif sulit karena arabika sangat sensitif terhadap suhu. Apabila diseduh terlalu panas, maka rasanya akan menjadi pahit. Arabika memerlukan suhu yang pas dalam proses seduhnya. Biasanya, arabika relatif disedih di suhu 80 hingga 90 derajat celcius.

Selain itu, biji kopi ini juga sangat rentan terhadap ukuran giling atau grindsize. Apabila terlalu halus, maka butirannya akan mudah gosong ketika dituangi dengan air panas.

Selain itu, biiji arabika juga dipengaruhi oleh proses pasca panen. Untuk menjaga karakter rasa, kopi arabika perlu media tanam yang baik. Untuk mencapai standar rasa, biji kopi harus dipetik dalam kondisi merah.

“Biasanya sebelum didistribusikan, harus melalui proses cupping terlebih dahulu,” bebernya.

Proses cupping adalah mencicipi biji kopi mulai dari yang sudah diseduh hingga yang masih mentah. Setelah itu, lanjut Pradipta, biji kopi arabika harus melalui proses roasting. Untuk menjaga karakter asam, tidak boleh sembarangan. Arabika harus setidaknya dalam tingkat medium.

Pradipta sendiri menilai kopi arabika memang rumit. Dari proses pasca panen hingga penyeduhan tidak semudah robusta. Namun, arabika mampu memanjakan penikmat kopi dengan variasi rasa lebih banyak.

Di samping itu, kopi arabika sangat beragam. Beberapa di antaranya merupakan kopi nusantara. Biji kopi arabika ijen dan semeru merupakan favorit Pradipta. Selain karena memiliki body yang tebal, kedua biji tersebut mudah diseduh.

“Meski dengan metode seduhan sederhana, karakter rasanya sudah keluar,” pungkasnya.

Di sisi lain, salah satu pelanggan, Antonio, membenarkan hal itu. Karakter rasa kopi arabika lebih menggoda. Terdapat rasa pahit yang disusul rasa asam. Beruntung baginya apabila bisa mendapatkan hasil seduhan dengan paduan rasa manis.

Lelaki asli Pacitan ini menggandrungi kopi sejak remaja. Dan kopi arabika kawi adalah favoritnya hingga kini.

“Arabila kawi selalu jadi favorit di tengah gempuran kopi espresso,” bebernya.

Meski hanya dijadikan kopi tubruk biasa, Antonio mengaku bisa betah berlama-lama menikmati secangkir arabika.

“Paling kalau bosan pindah ke arabika ijen,” ujarnya santai.

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?