KOTA MALANG – Ada cara berbeda yang dilakukan warga Kota Malang untuk mengkritik pembangunan Kayutangan Heritage.
Melalui pertunjukan seni sebuah komunitas yang menamakan diri sebagai Malang Performance Art, mereka mengkritik pembangunan kawasan heritage itu.
Terlihat di persimpangan Raja Bali, terlihat seseorang tengah membawa pot di kepalanya dan mawar di tangannya. Pot dan mawar tersebut awalnya terlihat seperti hiasan.
Namun, saat diisi air pot tersebut malah memunculkan noda di sekujur tubuh orang tersebut. Kotor sekali.
Sementara itu, juga terdapat orang menggunakan setelan blazer rapi yang meniupkan gelembung sabun.
Sontak hal itu membuat pengendara yang berhenti di persimpangan Raja Bali terkaget-kaget.
Perwakilan Malang Performance Art, Braga Arya menjelaskan, pertunjukan seni yang menunjukkan orang dengan pot adalah menggambarkan pembangunan Kayutangan Heritage.
Braga mengatakan, Kayutangan Heritage ini malah memunculkan masalah baru bukan malah memperindah Jalan Basuki Rahmat.
“Contohnya adalah setelah ada pembangunan Kampung Kayutangan Heritage ini malah ada banjir di sekitar sini. Padahal sebelum adanya pembangunan gak ada masalah loh. Jadi ini yang kami sampaikan seperti pot tadi. Awalnya menghiasi tapi hasilnya mengotori,” kata dia.
Lebih lagi, Braga mengatakan, tujuan orang tersebut membawa bunga mawar adalah seperti ajakan Wali Kota Malang Sutaji untuk mengkritik kinerja Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Sutiaji melalui Instagramnya @sam.sutiaji mengunggah ajakan untuk bebas mengkiritik kinerja Pemkot Malang.
“Mawar ini sebagai simbol saja kami mengirimkan kritik indah tapi berduri. Memang seni tapi pedas untuk Pemkot Malang,” tutur Braga.
Sementara itu, pertunjukan seni yang menggambarkan orang dengan setelan blazer meniup gelembung merupakan gambaran dari Pemkot Malang saat mendengar saran dan kritikan dari warga Kota Malang.
Dikatakan Braga, suara dan kritikan dari warga Kota Malang banyak. Namun, tidak pernah sampai terdengar dan dilaksanakan oleh Pemkot Malang.
“Itu seperti gelembung yang ditiupkan. Memang ada dan banyak. Tapi tidak bertahan lama. Cuma sebul muncul banyak gelembungnya hilang. Seperti kritikan dari warga. Banyak tapi juga cepat hilang dan tidak diperhatikan,” tutup dia.