Banyuwangi, blok-a.com – Elektroensefalografi (EEG) dikenal sebagai salah satu pemeriksaan utama untuk pasien yang mengalami kejang, terutama pada mereka yang menderita epilepsi.
Namun, penggunaannya kini semakin luas dan bisa diaplikasikan untuk berbagai gangguan otak lainnya, seperti gangguan tidur, ensefalopati (gangguan fungsi otak), hingga ensefalitis (peradangan otak).
Selain itu, EEG juga berperan dalam membantu diagnosis pada pasien yang mengalami kejang dengan gejala aura, seperti gejala visual.
Dalam beberapa kasus, alat ini bahkan digunakan untuk memantau dan mendiagnosis perkembangan migrain. Dengan mengamati perubahan aktivitas gelombang otak selama serangan migrain.
dr. Anisah Khoiriah SpN dari Poli Syaraf RSUD Genteng mengatakan, EEG juga dapat digunakan untuk melatih pasien dalam teknik biofeedback, yaitu mengontrol aktivitas gelombang otak yang bisa membantu mengurangi kejadian atau intensitas sakit kepala tipe tegang (tension-type headache).
Lebih lanjut, dr. Anisah juga menyampaikan bahwa EEG dapat bermanfaat dalam menyelidiki penyebab vertigo kronis, terutama jika terdapat dugaan keterlibatan sistem saraf pusat.
Namun, ia menekankan bahwa penggunaan EEG pada vertigo kronis bukanlah prosedur standar, melainkan bergantung pada situasi klinis pasien.
“Dalam beberapa kasus, EEG juga digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain yang menyebabkan syncope atau pingsan berulang,” jelasnya.
Selain itu, EEG juga dapat digunakan untuk mengonfirmasi kematian otak (brain death) pada pasien dengan diagnosis mati otak.
Pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan atas permintaan dokter, bukan atas permintaan pasien sendiri.
“Pemeriksaan EEG hanya dapat dilakukan atas permintaan dokter. Jangan sepelekan, segera konsultasi dengan dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan kepala Anda,” pungkas dr. Anisah.(kur/lio)