blok-a.com – Siapa yang tidak kenal dengan FIlm Avatar: The Way of Water, ternyata film itu terinspirasi dari sebuah suku. Suku manakah?
Artikel ini akan membahas tentang suku yang menjadi inspirasi film Avatar tersebut.
Suku Bajo merupakan suku yang hidup berpindah di tengah lautan.
Saking uniknya suku ini, sehingga menjadi inspirasi lahirnya film “Avatar: The Way Of Water”.
Hidup secara berpindah dari suatu perairan ke perairan lainnya sehingga Suku Bajo disebut sebagai gipsi laut atau orang laut.
Suku Bajo normalnya menghabiskan 60 persen kehidupan mereka untuk menyelami lautan.
Sehingga hal tersebut membuat nenek moyang beserta keturunan Suku Bajo memiliki kemampuan menyelam yang luar biasa daripada manusia umumnya.
Kemampuan menyelam ini merupakan salah satu bentuk adaptasi tubuh terhadap lingkungan dan aktivitas sehari hari Suku Bajo.
Dilansi blok-a.com dari kanal YouTube Doczon, bahkan suku ini memiliki kemampuan menyelam sedalam 60 meter dibawah laut selama 13 menit tanpa menggunakan alat bantu pernapasan.
Berbekal alat pemberat agar tubuh mereka tetap mengapung dan juga kacamata untuk melihat dengan di dalam air dengan jelas.
Pada kedalaman tersebut orang normal hanya bertahan 30 sampai 60 detik di dalam air.
Berdasarkan riset yang dilakukan, Suku Bajo memiliki besar limfa 50 kali orang pada umumnya.
Ukuran limpa yang lebih besar membuat daya tampung oksigen dan kontraksi lebih besar sehingga memiliki kemampuan bertahan lebih lama di dalam air.
Selama ratusan tahun mereka telah berlayar ke berbagai negeri, dari Sabah, Philipina, hingga Indonesia.
Di Indonesia, mereka tersebar di beberapa wilayah seperti di wilayah Kalimantan, Sulawesi, bahkan Madura.
Suku Bajo yang berada di Kalimantan diperkirakan bermigrasi dari Filipina pada masa prasejarah.
Saat ini Suku Bajo tersebar di berbagai kepulauan Indonesia terutama Indonesia Timur bahkan sampai ke Madagaskar.
Suku Bajo menggantungkan hidupnya di laut. Ia bahkan menghabiskan 60 persen hidupnya untuk mencari ikan, kulit penyu, bahkan terumbu karang untuk dibelikan perhiasan.
Dulunya Suku Bajo menetap di atas perahu berpindah dari suatu tempat ke tempat lain.
Namun saat ini, Suku Bajo tidak lagi senomaden para pendahulunya,
mereka mulai membangun rumah diatas perairan yang dibangun dengan tiang panjang.
Dinding rumah mereka terbuat dari kayu, dan atap dari rumbia.
Meskipun demikian, jika mereka menemukan tempat yang memiliki sumber daya lebih melimpah, mereka akan senantiasa untuk berpindah ke tempat itu.
Membangun pondok pondok sebagai tempat berteduh dan mengolah hasil tangkapan.
Alat transportasi utama mereka adalah perahu, untuk mencari ikan di tengah lautan.
Pada umumnya mereka mencari ikan dengan cara tradisional, seperti memancing, menjaring, dan menombak.
Selanjutnya hasil pencarian nya akan di jual di pesisir pantai atau pulau terdekat.
Cara hidup Suku Bajo menjadi daya tarik para ilmuwan bahkan sutradara film. James Kamerun merupakan seorang sutradara terkenal yang menggarap film dan Titanic dan Avatar.
Menyaksikan kehidupan Suku Bajo yang sangat unik menginspirasi Kamerun untuk menuangkannya ke dalam film “Avatar the Way of Water”.
Ia mengatakan bahwa suku metkayina mengadaptasi kehidupan Suku Bajo.
Seperti yang diketahui bahwa suku metkayina merupakan suku penguasa lautan di film Avatar. (bob)