KOTA BATU – Sudah dua minggu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Batu berjalan. Sejak tanggal 11 sampai 25 Januari, seluruh masyarakat diminta untuk lebih taat terhadap protokol kesehatan. Bahkan pembatasan jam malam pun diberlakukan selama PPKM.
Meskipun dengan adanya PPKM status zona Kota Batu dapat turun menjadi kuning atau resiko ringan, namun persoalan lain malah menghampiri Kota Wisata tersebut. Faktor perekonomian yang masih belum kunjung naik membuat sejumlah pelaku usaha mengeluh dengan adanya PPKM, tak terkecuali sopir angkutan perkotaan (angkot) yang juga mengalami dampaknya.
Selama penerapan PPKM dua minggu terakhir ini terlihat terminal Kota Batu sepi penumpang. Bahkan dari pantauan Blok-A banyak angkot yang mengantri menunggu penumpang. Lantaran dalam satu kali taruk sopir hanya dapat mengangkut 1-2 penumpang saja.
Kasatgas Regu A Terminal Kota Batu, Kacung Supriyanto mengatakan, sejak PPKM jumlah penumpang di Kota Batu memang mengalami penurunan. Banyak masyarakat yang enggan untuk ke luar rumah selama penerapan PPKM.
“Dua minggu ini sepi sekali. Sopir angkot juga mengeluh sekali tarik hanya 1-2 penumpang saja. Ya mau bagaimana lagi, kami juga tidak bisa berbuat banyak,” jelasnya kepada Blok-A, Senin (25/1).
Terlebih dengan adanya perpanjangan PPKM yang akan dimulai sejak 26 Januari sampai 8 Februari mendatang membuat sopir angkot harus berpuasa lebih lama lagi.
Salah satu sopir angkot di terminal Batu, Wiyono mengeluhkan dengan penerapan PPKM tersebut. Pasalnya selama PPKM upah yang ia dapat selama seharian menarik angkot tidak cukup, bahkan untuk makan pun masih kurang.
“Ya gimana mbak sepi, upahnya buat makan saja masih kurang. Dapat uang Rp 50 ribu sehari aja sudah susah sekali. Padahal sebelum PPKM masih bisa lah dapat Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu sehari,” kata Wiyono.
Menurut Wiyono sepinya penumpang karena masyarakat masih takut untuk berpergian. Bisa jadi khawatir terkena razia dari Satuan Tugas (Satgas) Covid-19.
“Ya mungkin mereka (penumpang) masih takut keluar-keluar. Takut kena razia karena kan selama PPKM cukup ketat juga,” imbuhnya.
Ditambah lagi dengan adanya on-line shop membuat masyarakat untuk sekadar pergi berbelanja ke pasar pun masih enggan. Apalagi sekolah yang masih menerapkan daring membuat pendapatan sopir angkot kian menurun.
“Kan biasanya nganterin anak-anak sekolah. Lha tapi sekarang sekolahnya online di rumah jadi ya tambah sepi. Kalau orang yang belanja paling 1 sampai 2 orang saja, sisanya nunggu di sini (terminal),” pungkasnya.
Wiyono berharap pandemi ini bisa segera berakhir, sehingga sopir angkot di Kota Batu tidak kia menjerit karena terus mengalami penurunan pendapatan. “Semoga lekas membaik lah, setidaknya anak-anak bisa sekolah lagi sudah Alhamdulillah ada pendapatan,” harapnya.