KOTA MALANG – Pembangunan jembatan Kedungkandang memang menguntungkan untuk mengurai kemacetan.
Namun di sisi lain juga merugikan untuk pedagang yang berjualan di sepanjang pinggir jalan di bawah jembatan yang diresmikan akhir 2020 lalu itu.
Blok-A pun bertemu beberapa pedagang yang berjualan.
Pertama ada Juani (63) yang berjualan ketan bubuk. Ia mengaku setelah jembatan sepanjang 330 meter itu dibangun penjualannya turun 50 persen.
Hal ini dikarenakan di bawah jembatan sepi lalu lalang kendaraan. Pelanggannya pun malas untuk lewat bawah dan memilih lewat jembatan yang lebih luas itu.
“Dulu sebelum ada jembatan itu (Kedungkandang) ya saya bisa jual sampai 100 sampai 200 ketan bubuk dan minuman ini juga laris. Tapi sekarang ya cuma 40 saja itu pun udah bagus,” kata ia sambil menggendong cucunya.
Memang benar dari pantauan Blok-A hanya satu atau dua kendaraan saja yang lewat per menitnya. Jalan pun namak lengang sekali.
Alhasil, Juani yang sudah berjualan di situ tidak lagi membeli stok bahan pembuatan ketan dan minuman sejak jembatan Kedungkandang jadi.
“Iya ini semua jualan marimas pop ice semuanya ya stok lama. Saya tidak membeli lagi karena ya gak ada uang,” kata ia.
Juani pun mengatakan, jika seperti ini terus ia tidak yakin bulan depan bisa berjualan lagi.
“Kalau sampai bulan depan gini-gini aja. Ya saya gak tahu bisa jualan atau tidak. Wes saya berdoa saja bisa makan gitu,” tutup ia.
Sementara itu, Sugeng (46) juga mengeluhkan hal yang sama.
Pedagang mie pangsit dan bakso itu mengaku penjualannya turun hampir 60 persen setelah ada jembatan Kedungkandang itu.
“Saya itu biasanya habis lah 8 kilogram mie atau 100 mangkok lah. Tapi sekarang cuma 3 kilogram saja atau 20 sampai 30 mangkok saja,” kata ia.
Sugeng menjelaskan penjualan mie pangsit itu menurun karena pelanggan yang biasanya mampir dan lewat di jembatan bawah menghilang.
“Semua lewat atas semua. Kalau 20 sampai 30 mangkok itu ya dari pelanggan tetap. Biasanya dari Buring sini atau Ki Ageng Gribig sini saja. Mereka pelanggan tetap kami,” tutup ia.
Di warung Sugeng sendiri terlihat sepi sekali. Tidak ada pengunjung sama sekali saat Blok-A berkunjung.
Meja-meja dan kursi-kursi tidak diisi oleh pengunjung. Hanya hiasan saus, kecap dan kerupuk saja.