Sulit Dapatkan Elpiji Subsidi, Pelaku Usaha di Malang Kurangi Produksi

Sulit Dapatkan Elpiji Subsidi, Pelaku Usaha di Malang Kurangi Produksi
Sulit Dapatkan Elpiji Subsidi, Pelaku Usaha di Malang Kurangi Produksi

Kota Malang, blok-a.com – Kelangkaan elpiji 3 kg di Malang Raya juga berdampak di pelaku usaha dan produksi tempe di kampung Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang.

Hingga sampai hari ini, Rabu (26/7/2023), para pelaku usaha tempe di Sanan Kota Malang mengurangi tingkat produksi harian karena stok gas elpiji 3 Kg sulit didapatkan.

Mardiana, pelaku UMKM di Sanan mengungkapkan dirinya merasa kesulitan mengakses gas elpiji 3 Kg sejak sebulan belakangan ini.

Dikatakan Mardiana, alih-alih menunggu stok gas yang tak menentu, dirinya memilih untuk mengurangi jumlah produksinya. Setiap hari ia harus membuat keripik lalu dipasok ke bebeberapa toko.

“Biasanya produksi 300 Kg, sekarang menjadi 200 Kg. Saya sampai suruh suami kalau keluar bawa tabung gas yang kosong. Jadi, jika sewaktu-waktu menemukan pedagang gas di pinggir jalan, bisa langsung beli,” ujar Mardiana kepada awak media , Rabu (26/7/2023).

Kalau pindah ke tabung gas berukuran 5,5 Kg , Mardiana enggan berpindah alasannya karena harganya mahal.
Harga itu ditakutkan akan membuat harga produksinya meningkat.

“Harga tabung gas ukuran 5,5 Kg tersebut jauh lebih mahal. Tidak sebanding dengan ongkos operasional dan produksi,” bebernya.

Sementara itu juga dirasakan
Sentot perajin tempe akibat kelangkaan tabung gas elpiji 3 Kg. Dirinya berburu tabung elpiji 3 Kg ke luar kampung, namun hasilnya kosong .

“Kalaupun dapat yang bersubsidi, harganya melonjak hingga Rp 22 ribu. Dan ada perajin keripik yang tidak berproduksi karena kesulitan mendapatkan elpiji,” ujar Sentot.

Sentot mengungkapkan, dirinya bersama perajin tempe disanan merasakan betapa sulitnya mendapatkan LPG bersubsidi sejak libur Tahun Baru Islam.

Kelangkaan terparah, terjadi sejak dua hari ini. Untungnya, pangkalan LPG memberi jatah pada pelanggan yang perajin tempe. Namun, penjual makanan dan gorengan yang bukan pelanggan pangkalan LPG tidak dilayani. Imbasnya, mereka kebanyakan terpaksa berhenti jualan lantaran tak ada elpiji murah untuk memasak.

“Kebutuhan elpiji 3 Kg untuk menggoreng keripik tempe sebanyak 7 tabung  per hari. Harga Rp18.000 per tabung,” ujar Sentot.

Di sentra industri tempe dan keripik tempe Sanan, Malang, ada 530 perajin. Kebutuhan elpiji 3 kg mencapai 700 tabung per hari. Gas elpiji murah diperlukan untuk memasak kedelai dan menggoreng keripik tempe. Proses memasak kedelai bisa selama 7 jam. 

Sedangkan menggoreng keripik sekitar 10 jam dimulai pukul 06.00 WIB memerlukan setidaknya 5 tabung elpiji 3 kg. Kapasitas produksi keripik di Usaha Dagang Mirah Rezeki milik Sri sekitar 300-400 kg per hari.

Ada perajin memanfaatkan biogas kotoran sapi di RT 05/RW15 hanya untuk 100 kepala keluarga. Perajin lainnya pakai gas dan kayu bakar,” imbuhnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Mochamad Baihaqie mengaku sudah berkoordinasi melalui telepon seluler dengan Ketua Hiswana Higas, Yusuf.

“Penyebab kekosongan elpiji 3 Kg di beberapa lokasi karena meningkatnya permintaan kendati pendistribusian dari Pertamina tidak ada kendala. Itu sebabnya distribusi elpiji 3 kg harus tepat sasaran karena elpiji bersubsidi ,” ujarnya singkat. (mg1/bob)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?