Petani Tebu di Tulungagung Sukses Raih Rendemen 15 Persen

Gubernur Khofifah menyerahkan bantuan realisasi kredit, retail dan KUR kepada Hendro Suwito Gapoktanteb PT Rosan Inti Makmur Sentosa.
Gubernur Khofifah menyerahkan bantuan realisasi kredit, retail dan KUR kepada Hendro Suwito Gapoktanteb PT Rosan Inti Makmur Sentosa.

Tulungagung, blok-a.com – Petani di Tulungagung yang tergabung dalam gabungan kelompok tani tebu (Gapoktanteb) Inti Rosan terbilang sukses mencapai rendemen 15 persen.

Atas sukses inovasi itu, Gapoktanteb mendapat dukungan pemberdayaan oleh sejumlah stakeholder.

Bahkan petani tebu ini melakukan deklarasi dukungan di Pabrik Gula PT Inti Rosan Makmur Sentosa, di Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Sabtu (14/10/2023).

Penandatanganan Gapoktanteb ini dilakukan bersama PT Pupuk Kaltim, PT Inti Rosan Makmur Sentosa, PT Bank BPD Jatim Cabang Tulungagung, PT Bank BPR UMKM Jatim, dan PT Dharma Utama Sentosa.

Selama ini retata pabrik gula di Jawa Timur dan daerah lain musim gilingnya mulai bulan Mei, Juni, antara 5 sampai 6 bulan. Tapi berkat inovasi itu, proses giling bisa dilakukan setahun full.

Tidak hanya itu rendemen tebu yang dihasilkan PT Inti Rosan mencapai 15 persen.

Padahal rerata rendemen tebu dari pabrik gula yang ada di Jatim antara 8, 9, atau 10 persen. Ini pasti karena ada teknologi tanam yang luar biasa pula.

Ketua Gapoktanteb Inti Rosan Makmur Sentosa, M Setiadi mengatakan, keberadaan gabungan kelompok tani ini dibentuk untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi sehari-hari.

Seperti pola tanam tebu yang benar, pengolahan tanah yang benar, perawatan masa tumbuh tanaman tebu dan pemupukan yang sesuai. Sehingga bisa mendapat panen yang sesuai standar teknis dan standar baku giling.

“Khusus pupuk kami sangat berterima kasih kepada PT Pupuk Kalimantan Timur sehingga persoalan pupuk petani tebu di Tulungagung sudah tidak ada masalah. Kemudian persoalan dana kami juga berterimakasih pada Bank Jatim dan Bank UMKM Jatim,” pungkasnya.

Sebagai informasi, pada 2022, produksi gula kristal putih di Jawa Timur mencapai 1.192.034 ton (dengan luas areal 218.373 ha dan produktivitas 5,46 ton/ha), memberikan kontribusi terbesar secara nasional dengan prosentase 49,55%. Kondisi itu menjadikan Provinsi Jawa Timur menjadi Provinsi penghasil gula tertinggi di Indonesia.

Di samping menghasilkan gula kristal putih, tebu di Jawa Timur juga diproduksi menjadi gula merah sebanyak 79.512 ton (dengan luas areal 11.674 ha dan produktivitas 6.811 kg/hektare). Produsen gula merah tersebar di Kabupaten Blitar, Jember, Jombang, Kediri, Lumajang, Madiun, dan Tulungagung.

Produksi gula merah tertinggi di Jawa Timur berada di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tulungagung.

Hal ini juga didukung dengan produktivitas gula merah di Tulungagung tertinggi di Jawa Timur dengan angka 6.928 kg/ha/tahun.

Bantuan Gubernur Jatim

Dalam kesempatan ini Gubernur Khofifah didampingi Direktur Mikro, Ritel dan Menengah Bank Jatim turut menyerahkan secara simbolis bantuan realisasi kredit, retail dan KUR. Antara lain kredit Jatim ritel RC senilai Rp3 miliar kepada PT Dharma Utama Sentosa, dan kredit Jatim ritel senilai Rp550 juta kepada Hendro Suwito Gapoktanteb PT Rosan Inti Makmur Sentosa.

Gubernur Khofifah didampingi Dirut Bank UMKM juga menyerahkan realisasi kredit, retail dan KUR, antara lain kepada kredit kusuma petani tebu senilai Rp100 juta, kredit PKPJ petani tebu senilai Rp50 juta, dan kredit Prokesra petani tebu senilai Rp50 juta.

Menurut Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, inisiasi ini luar biasa dari Rejotangan.

Dia yakin akan memberi inspirasi yang luar biasa dan resonansinya ke PG yang lain. Karena banyak keunggulan kompetitif dan komparatif tanaman  tebu dan pabrik gula ini.

Khofifah mengatakan upaya PT Inti Rosan ini menggambarkan inisiasi terhadap update teknologi di bidang pertebuan dan pergulaan tidak harus datang dari kota besar, ataupun dari pabrik tebu yang besar.

“Inisiasi teknologi industri pertebuan dan pergulaan ternyata bisa dimulai dari Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur,” katanya.

Menurutnya, inisiasi teknologi itu bisa lahir karena ada sosok inovator yang memiliki aktivitas luar biasa. Tidak hanya itu, juga karena ada game changer atau sosok yang bisa merubah proses.

“Sosok game changer ini kalau seorang pemimpin maka saya sering menyebut enabler leader atau pemimpin pemungkin. Yang bisa merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin,” katanya.

“Saya tadinya berpikir adopsi teknologinya ini dari jauh misal dari Brazil, ternyata adopsi teknologinya cukup ke tetangga dekat yakni Thailand. Ini luar biasa sekali, mudah-mudahan ini diangkat menjadi referensi bagi industri pergulaan secara nasional,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan, di sektor pendanaan atau permodalan, di Jatim terdapat Program Kredit Sejahtera (Prokesra) melalui Bank UMKM Jatim. Prokesra merupakan program kredit murah dengan suku bunga tiga persen setahun, dengan maksimal pinjaman sebesar Rp50 juta.

“Ini bukan hanya untuk petani, atau petani tebu, tapi juga bagi para pelaku UMKM. Yang bergerak di sektor industri kreatif batik atau kriya, monggo bisa mengakses prokesra ini,” katanya.

Lebih lanjut, Khofifah menyambut baik adanya penandatanganan deklarasi dukungan bersama pemberdayaan petani tebu ini.

Ia berharap, dengan adanya penandatanganan ini maka masing-masing mitra dapat saling memberikan dukungan, baik dari sisi permodalan maupun penyediaan pupuk.

Sehingga ke depan dapat menghasilkan tebu yang berkualitas dan menciptakan situasi agribisnis yang sehat, berdaya saing tinggi dan menguntungkan bagi semua pihak.

Apalagi di Kabupaten Tulungagung ini terdapat lebih dari 100 pabrik yang memproduksi brown sugar. Harga brown sugar ini sendiri bisa di atas gula kristal putih. Sehingga brown sugar ini memiliki potensi luar biasa bila masuk ke pasar ekspor.

“Bagaimana dunia pertebuan dan dunia pergulaan ini ternyata cukup advance berkembang di Tulungagung. Sekali lagi, partnership itu kunci, sinergitas itu kunci, kolaborasi itu kunci. Kalau misalnya yang punya kebun tebu ada satu, dua atau tiga hektar kemudian terkumpul semua, programnya kira-kira akan mengelola seluas 15 ribu hektare yang tersebar di bagian Blitar Selatan, Tulungagung Selatan, maupun Trenggalek. Jadi ini luar biasa sekali,” katanya.

Sementara itu, Pj Bupati Tulungagung, Heru Suseno menyampaikan terimakasih pada Gubernur Khofifah atas dukungan yang diberikan kepada petani tebu dan produsen gula di Kabupaten Tulungagung.

Bukan cuma untuk kesejahteraan petani, sentra tebu ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat Tulungagung dan Jatim sendiri. Ia berharap ke depannya Kabupaten Tulungagung dapat berkontribusi lebih lanjut kepada swasembada gula nasional.

“Pabrik gula yang mengolah tebu menjadi gula batu ini kurang lebih berjumlah 176 dan tersebar di 6 kecamatan. Pabrik ini sendiri merupakan salah satu sentra produsen gula di Kabupaten Tulungagung yang memenuhi kebutuhan gula masyarakat. Para petani tebu sendiri di sini sangat concerned terhadap kegiatan yang memperdulikan good agricultural practice,” ujarnya. (kim)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?