Banyuwangi blok-a.com – Orang biasa memanggil Mak Wiwit. Nenek berusia 104 tahun ini berbeda dengan orang tua pada umumnya, ia lebih hidup menyendiri sambil berjualan bensin eceran dan kopi ketimbang kumpul dengan anak cucunya.
Sehari-hari Mak Wiwit tinggal disebuah gubuk berukuran 3 meter X 4 meter yang terbuat dari triplek, beratap asbes, dan beralaskan tanah dipinggir jalan raya Jember. Tepatnya di sebelah barat jembatan kKli Setail Kecamatan Genteng.
Mak Wiwit mengaku, dirinya menempati gubuk ini sudah 25 tahun. Untuk bertahan hidup, dirinya menjual bensin eceran dan menjual kopi.
“Saya jual bensin dan kopi ini sudah 25 tahun, ya ditempat ini,” kata Mak Wiwit kepada blok-a.com, Selasa (17/1/2023) siang.
Sebelum menempati tanah pinggir Jalan Raya Mak Wiwit bermukim di area perkebunan Kendenglembu, Kecamatan Glenmore. Namun, sejak kepindahannya tersebut, ia tidak memiliki KTP. Berkat kepedulian Pemdes Setail dibikinkan dokumen kependudukan.
“Dulunya saya tidak memiliki KTP, sekarang saya sudah punya, sejak tahun 2012 saya menjadi warga Dusun Krajan 1, RT 005 RW 003′ Desa Setail, Kecamatan Genteng,” tuturnya ringan.
Lebih lanjut Mak Wiwit menyampaikan, sebenarnya dirinya mempunyai 2 anak lelaki, yaitu Sahroni yang saat ini tinggal di Bali dan Ismail yang tinggal di persil Kendeng Lembu (PTPN XII kebun Kalikempit, red) Desa Glenmore, Kecamatan Glenmore.
“Anak saya yang bernama Ismail rutin setiap seminggu sekali menjenguk mas, diapun mulai dulu ngajak saya pulang ke persil tapi saya tolak, saya ngomong sama dia, selama emak masih kuat mencari nafkah sendiri emak nggak mau ngrepoti keluargamu nak,” pengakuan mak Wiwit.
Dengan menjalani hidup mandiri menurut Mak Wiwit hidup bisa lebih bebas, dan tenang. Sebab dia mendapat santunan rutin dari pejabat luar daerah sebesar Rp 500 ribu tiap bulan dan juga dana Bansos dari desa.

Jadi, meskipun Mak Wiwit sebagai penjual bensin eceran dan kopi di Banyuwangi pendapatanya hanya Rp 25 ribu per hari, dia masih sanggup menyambung hidup.
“Dengan menjalani hidup mandiri di masa tua ini saya lebih bebas dan tenang, masalah air buat mandi, masak ataupun lainya semua gratis dan sudah di fasilitasi sama tetangga yang kaya makanya saya betah hidup mandiri dengan jualan bensin eceran dan kopi,” dalihnya. (kur/bob)
Discussion about this post