Lebaran Menanti, Pedagang Kue Kering Pasar Lawang Gigit Jari: Sekarang Semua Pilih Online

Lapak kue kering di Pasar Lawang, Kabupaten Malang. (blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)
Lapak kue kering di Pasar Lawang, Kabupaten Malang. (blok-a.com/Putu Ayu Pratama S)

Kabupaten Malang, blok-a.com – Idulfitri 1444 H/2023 sudah tinggal hitungan minggu. Penjual kue kering pun mulai menjamur di wilayah Kabupaten Malang. Namun, semarak jelang Lebaran ini tak ikut dirasakan oleh pemilik kios-kios kue kering di Pasar tradisional.

Mereka seperti tergeser oleh majunya zaman. Kini, pelanggan mereka lari ke penjual kue kering online.

Hal itu dirasakan oleh salah satu penjual kue kering di Pasar Lawang, Beni Irawan (27). Ibu rumah tangga yang merangkap sebagai penjual kue kering itu kini mulai resah dengan menurunnya minat belanja masyarakat.

Meski sudah berjualan sejak delapan tahun lalu, tak lantas ‘mengikat’ para pembeli untuk terus menyambangi lapaknya. Beni pun tak bisa berbuat banyak selain pasrah.

Baca Juga: Berkah Ramadan di Banyuwangi, Pedagang Ayam Raup Untung Hingga 200 Persen

“Pasar sekarang sepi, gak kayak dulu. Penjualan kue kering ya agak menurun, mungkin sudah musimnya jualan sepi,” ucap Beni kepada blok-a.com beberapa waktu lalu.

Ibu anak satu ini menafsirkan, di zaman serba instan ini, konsumen juga tak ingin menghabiskan waktu pergi ke pasar.

“Zaman sekarang orang males ribet, apalagi harus panas panasan ke pasar. Sekarang semua serba online, mungkin itu salah satu penyebabnya,” beber Beni.

Bahkan, kata Beni, dibandingkan dengan Ramadan tahun lalu, penurunan omzet yang ia alami kini melebihi 50 persen. Dikatakannya hampir menyentuh angka 60 persen.

Sementara, omzet hariannya hanya meningkat sebesar enam hingga tujuh persen.

“Kenaikan dibanding hari biasa pasti ada, tapi ya tidak banyak. Mungkin nanti ada sedikit kenaikan kalau lebaran kurang dua atau tiga hari,” ucap Beni dengan raut wajah penuh harap.

Tak hanya dirinya, nasib serupa juga dialami para pedagang di Pasar Lawang lainnya.

Beni sedikit menceritakan kisah yang dialami pendagang buah di depan lapaknya, Siti namanya.

Menurut Beni, penjualan yang seret juga dialami oleh Siti. Perbandingan jelas terlihat kala di tahun lalu semua orang bahkan sampai jarang tidur karena ramainya penjualan.

“Semua pedagang sambat, penjualan sepi. Tahun lalu alhamdulillah semua ramai, tapi tahun ini semua ya sepi. Tahun kemarin orang orang jarang tidur, malam kulakan, pagi dagang, siangnya habis. Sore berangkat kulakan lagi,” ucapnya lirih.

“Sekarang saya lihat, banyak tidurnya. Padahal sudah siang, tapi dagangan masih banyak. Saya tanya, kadang kulakan tiga sampai empat hari sekali,” lanjutnya.

Meskipun demikian, Beni tetap teguh merawat bisnis yang telah berjalan delapan tahun terakhir ini.

Ragam kue kering khas lebaran dilengkapi toples merk ternama ia susun dengan rapi di lapak yang berukuran tak telalu besar itu.

Dengan harga yang bervariasi tentunya, mulai dari harga Rp10 ribuan per 250 gram, hingga puluhan bahkan ratusan ribu pertoplesnya.

Mau bagaiamana lagi, satu-satunya yang bisa ia lakukan untuk tetap bisa menyambung hidup keluarganya hanya dengan berjajankan kue kering tersebut.

Beni menggantungkan harapan besar pada hari-hari terakhir Ramadan nanti. Ia berharap masyarakat kembali menyerbu produk di pasar tradisional.

“Semoga nanti bisa kembali seperti semula. Patokan kita di hari lebaran kurang empat sampai tiga atau dua hari biasanya rame ramenya jualan. Soalnya kan THR sudah pada cair, semoga bisa sedikit membuat pedagang pasar tersenyum,” pungkasnya. (ptu/lio)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?