Kota Malang, blok-a.com – Adanya Kampung Kayutangan Heritage pada tahun 2018 silam membawa berkah bagi salah satu warga RW 09 bernama Diah Setyaningsih.
Diah mendapat sumber mata pencaharian baru dengan adanya kampung wisata itu di kala dia dan suaminya Edy Hermanto telah pensiun.
Diah pensiun dari pekerjaannya sebagai karyawan swasta sementara Edy pensiun sebagai ASN di Pemkot Malang.
Kala itu, Diah berjualan minuman dan gorengan di depan rumahnya. Dia langsung membuka usaha itu untuk menghidupi dua anaknya yang sedang berkuliah.
“Awalnya saya jualan minuman dan dagang kentang goreng tapi gak lama,” ujarnya.
Sekitar tahun 2019 dirinya dan ibu PKK RW 09 diajak pelatihan dari STIE Malangkucecwara dan Toko Kue Sara.
Pelatihan itu membikin kue rempah khas Belanda yang biasa disebut Ontbitjkoek. Tak hanya membikin kue saja, Diah juga diajari bagaimana packaging produk yang menarik hingga cara pemasarannya.
Pelatihan itu pun menjadi peluang bisnis Diah. Diah memahami secara seksama pelatihan itu. Akhirnya dia berani membuka usaha Ontbitjkoek pada tahun 2019.
“Karena sudah pelatihan dan saya merasa percaya diri akhirnya saya buka usaha kue khas Belanda itu,” ucapnya.
Untungnya waktu itu, kampung Kayutangan Heritage sedang ramai-ramainya akibat dipercantik oleh Pemkot Malang di era kepemimpinan Sutiaji.
Ramaianya pengunjung itu pun membawa berkah ke penjualan Ontbitjkoek milik Diah.
Sehari dia bisa membikin kue khas Belanda itu ke ratusan pesanan.
“Iya dan paling banyak pesanan itu sampai 1000 lebih kue pesanan acara dari Pemkot Malang,” kata dia.
Pesanan kue Diah mulai semakin banyak. Kue Ontbitjkoek dari Diah pun mulai berkembang ke versi kue kering.
Versi kue kering ini dibuatnya karena ada pesanan hingga dari Jakarta.
“Karena ramai dan awalnya pengunjung luar kota mencoba beli akhirnya saya mendapat pesanan lewat WA ataupun Instagram dan itu. Paling jauh dari Jakarta,” jelasnya.
Untuk harganya sendiri kue Onbitjkoek dihargai Rp 100 ribu per loyang dan untuk per picisnya dihargai Rp 5 ribu. Sementara untuk Ontbitjkoek kering dihargai Rp 45 ribu per toples.
Bisnis Diah mulai semakin dikenal. Pesanan pun juga merambah ke dinas-dinas Pemkot Malang. Saat ada rapat biasanya dinas-dinas seperti Diskopindag Kota Malang memesan kue Onbitjkoek.
“Iya dan biasanya kalau ada acara gowes itu selalu pesan kue,” ujarnya.
Karena semakin banyak pesanan, kue Onbitjkoek milik Diah didapuk sebagai oleh-oleh khas Kayutangan Hertiage. Karena hanya Diah satu-satunya pelaku usaha yang dagangannya kue bertekstur lembut khas Belanda ini.
“Jadi sudah terkenal kalau ke sini (Kayutangan Heritage) selalu belinya oleh-oleh di sini. Dan jadi kue khas oleh-oleh Kayutangan Heritage,” paparnya.
Diah pun kini bersyukur, atas usahanya itu kini dia bisa membiayai kuliah dua anaknya dan menghidupi suaminya yang kini tidak bisa berjalan. Edy suaminya hanya bisa berjalan menggunakan kursi roda.
“Alhamdulillah mas karena Kayutangan Heritage dipercantik dan ada pelatihan jadinya saya bisa menjadikan kue ini sebagai mata pencaharian,” kata dia.
Diah pun tidak satu-satunya yang berjualan di RW 09 di Kampung Kayutangan Heritage. Ada sekitar 20-an ibu rumah tangga yang kini mulai berjualan juga di Kayutangan Heritage.
Ketua RW 09, Edy Hermanto mengatakan, adanya Kampung Kayutangan Heritage ini mampu mengangkat perekonomian warganya.
“Banyak yang julan dan bikin warung kopi. Semunya bisa kerja dan banyak pengunjung,” tutupnya. (bob)